Jelang Ramadan, Jalur Pantura di Tuban Dievaluasi

Sejumlah kendaraan pemudik padat merayap saat melintas di Pasar tumpah, Brebes, Sabtu (3/9). Sejumlah pasar tumpah di jalur pantura sedikit menghambat kendaraan arus balik terutama di pagi hari saat puncak arus balik. ANTARA/Oky Lukmansyah
Sejumlah kendaraan pemudik padat merayap saat melintas di Pasar tumpah, Brebes, Sabtu (3/9). Sejumlah pasar tumpah di jalur pantura sedikit menghambat kendaraan arus balik terutama di pagi hari saat puncak arus balik. ANTARA/Oky Lukmansyah

TEMPO.CO, Tuban - Memasuki bulan Ramadan dan Lebaran 2012, jalur pantai utara (pantura) sepanjang 90 kilometer di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dievaluasi. Sebab ada sejumlah titik rawan kecelakaan, kemacetan, juga jalan rusak yang perlu menjadi perhatian para pemudik. “Evaluasi kami lakukan selama dua atau tiga hari,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tuban, Paraid, kepada Tempo, Kamis siang, 19 Juli 2012.

Menurut Paraid, jalur pantura terbentang mulai dari Kecamatan Palang, Kecamatan Kota Tuban, Merakurak, Tambakboyo dan Bancar. Itu belum termasuk jalur penghubung dari Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, menuju ke Kecamatan Widang, Plumpang, Semanding, hingga masuk Kota Tuban debfab panjang sekitar 30 kilometer.

Jalur tersebut termasuk padat karena menjadi penghubung antara kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jakarta. Di antara Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban, kemudian diteruskan ke Kabupaten Rembang, Pati, Kudus, Demak hingga Kota Semarang, Jawa Tengah. Ke arah barat hingga Jakarta. Demikian pula sebaliknya.

Paraid menjelaskan bahwa evaluasi dilakukan bersama Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Tuban. Dari evaluasi tersebut dilanjutkan dengan pembenahan. Di antaranya perbaikan rambu lalu lintas, juga lampu penerang di pinggir jalan, serta memperbaiki jalan yang rusak.

Selama ini jalur pantura, termasuk di Tuban, menjadi penghubung utama lalu-lintas Surabaya-Semarang-Jakarta. Karena itu, jalur tersebut harus mendapatkan perhatian khusus, termasuk jalur yang kondisinya sempit antara Merakurak-Bancar sejauh sekitar 40 kilometer.

Untuk menghindari terjadinya penumpukan arus mudik Lebaran, kata Paraid, pihaknya telah menyiapkan jalur alternatif. Untuk jalur Semarang-Surabaya diupayakan menempuh jalur tengah.

Di antaranya melalui Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, ke Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Selanjutnya, dari Kota Bojonegoro menuju Kecamatan Padangan hingga ke perbatasan Kecamatan Cepu, Blora, hingga ke Rembang dan kemudian menuju Kudus dan Semarang.

Di lain pihak, Kepala Dinas Perhubungan Bojonegoro, Edy Susanto, mengatakan pihaknya telah bersiap memperbaiki jalur Bojonegoro-Cepu dengan panjang sekitar 36 kilometer. “Karena jalur utama padat, jalur tengah yang menjadi jalur alternatif selalu ramai setiap mudik maupun arus balik Lebaran,” ujarnya kepada Tempo.

Jalur tengah lainnya yang juga menjadi alternatif penghubung antara Surabaya-Semarang-Jakarta terdapat di Bojonegoro bagian barat dan tengah. Di antaranya yang menghubungkan Bojonegoro dengan Kabupaten Ngawi sepanjang 70 kilometer. Juga bisa melalui Kota Ngawi-Cepu sepanjang 41 kilometer.

SUJATMIKO