Lebaran Ketupat Telah Ada Sejak Abad ke-15, Berikut Jejaknya

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Ilustrasi pedagang ketupat. Robertus Pudyanto/Getty Images
Ilustrasi pedagang ketupat. Robertus Pudyanto/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Mendekati Hari Raya Idul Fitri, umat Muslim sibuk mempersiapkan kegiatan menyambut 1 Syawal. Mulai dari membeli baju lebaran hingga mempersiapkan makanan diantaranya ketupat.

Lebaran Idul Fitri dan ketupat sudah seperti satu kesatuan utuh. Belum lengkap rasanya bila di atas meja tidak tersaji ketupat atau beras yang dimasak dalam anyaman daun kelapa yang dipadu dengan berbagai lauk.

Awal mula tradisi lebaran ketupat

Melansir dari laman web NU, dalam bahasa Arab orang yang berpuasa disebut kaffah atau kafatan, artinya sempurna. Pada masa pemerintahan Kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah pada abad ke-15, ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Islam. Bungkus ketupat yang terbuat dari janur menunjukkan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa atau nyiur.

Kekhasan masyarakat pesisir terletak pada makanannya yang dibalut dengan janur mendorong Sunan Kalijaga menyebarkan Islam dengan media dakwah yaitu ketupat.

Ketupan kian populer dikalangan umat Islam setelah Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai simbol lebaran ketupat. Yaitu perayaan hari raya pada tanggal 8 Syawal setelah selesai melaksanakan enam puasa Syawal agar ibadahnya sempurna. Lebaran ketupat dapat diartikan sebagai hari raya yang sempurna. 

Makna dan filosofi ketupat

Berdasarkan filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat merupakan kependekan kata dari Ngaku Lepat yang artinya meminta maaf dan Laku Papat yang berarti empat tindakan.

Ngaku lepat atau meminta maaf di hari raya Idul Fitri erat kaitannya dengan tradisi orang Jawa yakni sungkeman. Tradisi ini sendiri mengajarkan pentingnya menghormati orangtua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Adapaun laku papat atau empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran memiliki arti sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Sedangkan luberan,diartikan meluber atau melimpah dapat dimaknai dengan ajakan bersedekah untuk kaum miskin. Salah satu contohnya adalah dengan menunaikan zakat fitrah. 

Kemudian ada leburan yang berarti sudah habis dan lebur. Ini dimaknai dengan dosa dan kesalahan yang akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Dan yang terakhir adalah laburan. Kata tersebut berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding, sehingga hal tersebut dimaknai supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip "kiblat papat lima pancer” yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah SWT.

Sajian ketupat merupakan sajian beras yang dibungkus di dalam selongsong yang terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur). Selain di Indonesia, ketupat juga bisa ditemukan di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand dan Brunei Darussalam.

WIDIARSI AGUSTINA | NU
Pilihan editor: Mirip Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Buras, Lontong dan Ketupat