Asal-Usul Kue Lebaran Seperti Nastar, Lidah Kucing dari Eropa, Kok Bisa?

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Ilustrasi lidah kucing. Shutterstock
Ilustrasi lidah kucing. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah satu bulan penuh berpuasa, umat muslim bergembira dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri. Bentuk perayaan yang biasa dilakukan adalah membuat kue Lebaran yang mayoritas kering dan menyajikannya untuk para tamu yang akan bersilaturahmi. Tapi tak sedikit yang berfikir praktis membelinya ketika menjalani arus mudik atau sebagai oleh-oleh.

Kue Lebaran tersebut berupa camilan ringan dengan variasi bentuk, warna dan rasa senantiasa menghiasi meja dan toples di hari raya. Lalu bagaimana asal usul tradisi menyajikan kue kering saat lebaran?

Asal-usul 

Fadly Rahman, sejarawan kuliner di Universitas Padjajaran mengatakan bahwa kue kering mulanya diperkenalkan oleh Belanda pada masa kolonial. Orang Eropa dan para priyayi saling mengantarkan makanan yang didasari oleh kepentingan politik dan bisnis.

Tradisi antar-mengantar tersebut  hanya terjadi pada momen-momen tertentu yakni pada perayaan Natal dan hari raya Idul Fitri. Kue kering juga melambangkan akulturasi yang terjadi di Indonesia. Sebab pada mulanya, kue kering bukan seperti yang kita nikmati sekarang, melainkan seperti bentuk pada tempat asalnya.

Berikut ini adalah asal usul beberapa jenis kue kering yang mendominasi toples lebaran masyarakat Indonesia.

1. Nastar

Dikutip dari indonesian chef association, nastar berasal dari bahasa Belanda yaitu ananastaart, gabungan dari kata ananas yang berarti nanas dan taart yang berarti kue atau pie. Dalam bahasa Inggris, nastar sering disebut pineapple tarts atau pineapple nastar roll

Di Belanda, resep nastar terinspirasi dari pie yang dibuat dalam loyang-loyang besar berisi bluberi, stroberi, maupun apel. Bahan membuat nastar cukup mudah ditemui. Terdiri dari tepung terigu, telur, mentega, dan gula.

Pada masa penjajahan, buah-buah isian pie seperti bluberi dan stroberi susah dicari di Indonesia, sehingga masyarakat menggantinya dengan buah tropis yang mudah didapat di Indonesia, yaitu nanas.

2. Kestangel 

Berasal dari negara yang sama dengan nastar, kestangel adalah kue kering yang khas dengan taburan keju. Asal kata kue ini terdiri dari kata kaas yang berarti keju dan stengels yang artinya batangan. Oleh karena itu, kastengel disebut juga keju batangan.

Di Belanda, ukuran kastengel bisa mencapai 30 cm. Sedangkan di Indonesia ukuran kue ini dimodifikasi karena ukuran oven yang tak terlalu besar. Soal rasa tidak ada bedanya dengan yang asli. 

Adonan kue ini terdiri dari tepung terigu, telur, margarin, dan parutan keju. Kestangel dulunya disajikan di rumah-rumah pejabat dan pegawai Belanda yang menikahi wanita pribumi. Atau nyonya-nyonya Belanda yang mengikuti suami mereka bertugas di Hindia Belanda. Merekalah sumber akulturasi tradisi makanan Belanda dengan pribumi.

3. Lidah Kucing

Dilansir dari web NU, dilatakan lidah kucing karena kue ini memang mirip dengan bagian mulut kucing. Bentuknya yang panjang dan tipis semakin menambah bentuk yang serupa. Kue kering ini juga berasal dari negeri kincir angin.

Rasa kue lidah kucing ini gurih dan renyah. Kue ini masuk ke Indonesia akibat kolonialisasi Belanda. Dalam bahasa Belanda, kue ini dinamakan Kattentongen.

4. Putri Salju

Sesuai dengan dongeng putri salju, kue ini berasal dari benua biru, Eropa. Kue putri salju ternyata sangat terkenal di Jerman dan Austria. Di sana, kue ini disebut dengan nama Vanillekipferl. Ada yang menyebut bahwa asal mula kue putri salju berasal dari Austria.

Sama seperti di Indonesia, kue manis ini juga berbentuk bulan sabit kecil. Kue putri salju dibuat dari adonan tepung terigu, maizena, mentega dan kuning telur kemudian ditambah dengan perisa vanilla yang dipanggang di dalam oven sampai matang. Tak lupa di atasnya diselimuti gula halus seperti dilumuri salju. Di Jerman dan Austria, kue ini menjadi ciri khas perayaan Natal. 

5. Semprit

Kue semprit memang tak sepopuler penganan emapt di atas. Namun, kue ini tetap menjadi favorit banyak orang. Jika di Indonesia populer dengan nama semprit, di luar negeri, kue ini bernama spritz. Nama spritz sendiri berasal dari bahasa Jerman, spritzen yang artinya untuk dimuncratkan.

Hal tersebut karena pembuatan kue Lebaran ini dengan memuncratkan adonan menggunakan cetakan. Bentukknya akan mengikuti cetakan, biasanya berupa gerigi-gerigi di tepian kue. 

KARUNIA PUTRI | VIOLA NADA HAFILDA | INDONESIAN CHEF ASSOCIATION | NU
Pilihan editor: Sambut Idul Fitri, 3 Resep Camilan Mainstream Buat Rayakan Lebaran