Ini Aturan Penggunaan Speaker Masjid yang Diperdebatkan

Reporter

Editor

Laili Ira

Ilustrasi toa masjid. Twitter
Ilustrasi toa masjid. Twitter

TEMPO.CO, JakartaSelama beberapa tahun terakhir, Menteri Agama atau Menag Yaqut Cholil Qoumas menaruh perhatian terhadap penggunaan pengeras suara atau speaker di masjid dan musala saat Ramadan. 

Teranyar, Kementerian Agama mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menag Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.

Melalui edaran tersebut, Menag menyarankan agar pelaksanaan salat tarawih, ceramah atau kajian Ramadan, dan tadarus Al-Quran menggunakan pengeras suara dalam. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengutamakan nilai-nilai toleransi.

“Umat Islam dianjurkan untuk mengisi dan meningkatkan syiar pada bulan Ramadan dengan tetap mempedomani Surat Edaran Menteri Agama Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala,” bunyi salah satu poin imbauan tersebut.

Sementara itu, di media sosial X (dulu Twitter), aturan mengenai penggunaan speaker masjid ini ramai diperdebatkan. Beberapa warganet setuju agar pemakaian speaker masjid luar dibatasi untuk kegiatan tertentu. Sementara beberapa lainnya merasa sunyi jika penggunaan speaker luar dibatasi.

“Boleh lah pake speaker.. Cuma jangan over.. Kadang suka adu kencang antar masjid.. jadinya malah tidak syahdu,” tulis netizen dengan akun @imo_k****.

“DMI (Dewan Masjid Indonesia), dengan ketua Jusuf Kalla saja mengatur kok. Di tempat kami juga begitu. Kami tidak mau tetangga non muslim masuk penjara gara-gara masalah TOA masjid seperti kasus di Medan. TOA hanya untuk azan dan hal sangat penting saja. Lainnya pake speaker dalam,” kata @Rahmad*****.

“Puluhan tahun hidup di Jakarta, di daerah yang kanan kiri depan belakangnya Masjid. Subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya & Ramadhan panggilan sahur melalui pengeras suara masjid selalu dinantikan. Tidak ada satupun orang merasa terganggu, kecuali Menag ajaib,” tulis @Dokter****.

“Di desaku dulu saat bulan Ramadhan, di Masjid dan Musholla kalau malam hari terdengar ramai suara orang tadarus Al Qur'an .Tadi malam suara tadarus tak terdengar dari rumah saya sebab tak lagi memakai speaker luar. Ronda keliling kampung pun tak ada. Ramadhan terasa sunyi. Sedih rasanya,” kata @Matino********.

Lantas, bagaimana isi aturan penggunaan speaker masjid yang diperdebatkan? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.

Aturan Penggunaan Speaker Masjid

Aturan penggunaan speaker masjid diatur Menteri Yaqut melalui Surat Edaran Menteri Agama atau SE Menag Nomor 5 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. 

Aturan ini mengambil referensi dari Surat Instruksi Menteri Agama bernomor B.3940/DJ.III/Hk.00.7/08/2018 tentang Pelaksanaan Instruksi Dirjen Bimas Islam Nomor: KEP/D/101/1978 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Musala. Sayangnya, aturan tersebut mendapat tanggapan tak sedap dari masyarakat.

Melalui SE Menag Nomor 5 Tahun 2022, aturan penggunaan speaker masjid pun diperbarui. Berikut tata cara penggunaan pengeras suara di masjid:

Salat Subuh

  1. Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Quran atau selawat/tarhim dapat menggunakan pengeras suara luar dalam jangka waktu paling lama 10 menit.
  2. Pelaksanaan salat Subuh, zikir, doa, dan kuliah Subuh menggunakan pengeras suara dalam.

Salat Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya

  1. Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dapat menggunakan pengeras suara luar dalam jangka waktu paling lama lima menit.
  2. Sesudah azan dikumandangkan, yang digunakan pengeras suara dalam.

Salat Jumat

  1. Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Quran atau selawat/tarhim dapat menggunakan pengeras suara luar dalam jangka waktu paling lama 10 menit
  2. Penyampaian pengumuman mengenai petugas Jumat, hasil infak sedekah, pelaksanaan Khotbah Jumat, Salat, zikir, dan doa, menggunakan pengeras suara dalam.
  3. Pengumandangan azan menggunakan pengeras suara luar.

Kegiatan Syiar Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, dan Upacara Hari Besar Islam

  1. Penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan baik dalam pelaksanaan salat tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarus Al-Quran menggunakan pengeras suara dalam.
  2. Takbir pada tanggal 1 Syawal/10 Zulhijjah di masjid/musala dapat dilakukan dengan menggunakan pengeras suara luar sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat dan dapat dilanjutkan dengan pengeras suara dalam.
  3. Pelaksanaan Salat Idul Fitri dan Idul Adha dapat dilakukan dengan menggunakan pengeras suara luar.
  4. Takbir Idul Adha di hari Tasyrik pada tanggal 11 sampai dengan 13 Zulhijjah dapat dikumandangkan setelah pelaksanaan salat rawatib secara berturut-turut dengan menggunakan pengeras suara dalam.
  5. Upacara Peringatan Hari Besar Islam atau pengajian menggunakan pengeras suara dalam, kecuali apabila pengunjung tablig melimpah ke luar arena masjid/musala dapat menggunakan pengeras suara luar.

Adapun isi dari Surat Edaran Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi, adalah sebagai berikut:

  1. Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi.
  2. Umat Islam melaksanakan ibadah Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri sesuai dengan syariat Islam dan menjunjung tinggi nilai toleransi.
  3. Umat Islam dianjurkan untuk mengisi dan meningkatkan syiar pada bulan Ramadan dengan tetap mempedomani Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
  4. Umat Islam diimbau untuk melaksanakan berbagai kegiatan di masjid, musala, dan tempat lain dalam rangka syiar Ramadan dan menyampaikan pesan-pesan taqwa serta mempererat persaudaraan sesama anak bangsa.
  5. Takbiran Idul Fitri dilaksanakan di masjid, musala, dan tempat lain dengan ketentuan mengikuti Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
  6. Takbir keliling dilakukan mengikuti ketentuan pemerintah setempat dan aparat keamanan dengan tetap menjaga ukhuwah Islamiyah.
  7. Salat Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah/2024 Masehi dapat diadakan di masjid, musala, dan lapangan.
  8. Materi ceramah Ramadan dan khutbah Idul Fitri disampaikan dengan menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah, mengutamakan nilai-nilai toleransi, persatuan dan kesatuan bangsa, serta tidak bermuatan politik praktis sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan.
  9. Mengimbau kepada umat Islam untuk lebih mengoptimalkan zakat, infak, wakaf, dan sedekah di bulan Ramadan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat.

RADEN PUTRI

Pilihan Editor: Tahukah TOA Bukan Nama Benda, Lantas dari Mana Asal Sebutan untuk Pengeras Suara Ini?