Muhammadiyah Usul Sidang Isbat Ditiadakan, Apa Tanggapan PBNU?

Reporter

Editor

Nurhadi

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Yahya Cholil Staquf (tengah) dalam jumpa pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat pada Sabtu, 9 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Yahya Cholil Staquf (tengah) dalam jumpa pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat pada Sabtu, 9 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengusulkan sidang Isbat penentu awal bulan Hijriah ditiadakan untuk menghemat anggaran negara. "Dengan tidak mengadakan Isbat, lebih menghemat anggaran negara yang secara keuangan sedang tidak baik-baik saja," kata Mu'ti pada Jumat, 8 Maret 2024.

Menurut Mu'ti, hasil sidang Isbat sebetulnya sudah bisa diprediksi karena kini pemerintah memakai kriteria kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) dalam menentukan awal bulan Hijriah. Adapun MABIMS menyebutkan bahwa hilal minimal memiliki ketinggian 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, mengatakan sidang Isbat sudah menjadi aturan dari pemerintah sehingga butuh proses yang panjang untuk menghapusnya.

"Enggak bisa, misalnya Menteri Agama tiba-tiba bilang tahun ini enggak ada sidang Isbat. Kalau gitu kami juga akan protes karena sudah jadi aturan," kata Yahya dalam jumpa pers di Jakarta Pusat pada Sabtu, 9 Maret 2024.

Sebetulnya, lanjut dia, sidang Isbat diselenggarakan untuk menjaga harmoni masyarakat. Terutama pada saat Ramadan dan Idul Fitri. "Setahu saya, bahkan dulu yang mengusulkan sidang Isbat itu dari Muhammadiyah," ucapnya. Yahya juga menegaskan, Nahdlatul Ulama tetap berpandangan bahwa awal Ramadan dan Idul Fitri ditentukan dari hasil rukyatul hilal.

Tapi karena ada aturan pemerintah soal sidang Isbat, kata dia, maka NU menyandarkan diri pada hasil sidang tersebut. "Para kiai NU bahkan menyatakan tidak boleh mengumumkan pandangan yang berbeda dari pemerintah, kalau sudah ada penetapan Isbat dari pemerintah," 

Sidang Isbat Ramadhan 2024 akan dilaksanakan pada Minggu, 10 Maret 2024, di Auditorium H.M Rasjidi Kementerian Agama, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Sidang Isbat tersebut akan memutuskan apakah awal Ramadan tahun ini jatuh pada 11 atau 12 Maret 2024.

Dalam pelaksanaanya, sidang Isbat akan dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama, pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1445 H berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi). Pemaparan dilakukan Tim Hisab dan Rukyat Kemenag mulai pukul 17.00 WIB.

Kemudian tahap kedua, sidang Isbat akan digelar secara tertutup setelah salat Magrib. Selain data hisab (informasi), sidang Isbat juga akan merujuk pada hasil rukyatulhilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag pada 134 lokasi di seluruh Indonesia. Lalu, pada tahap ketiga, Kemenag akan melakukan konferensi pers hasil sidang Isbat yang juga disiarkan melalui media sosial Kemenag.

LAILI IRA | AMELIA RAHIMA SARI

Pilihan Editor: Muhammadiyah Usul Ditiadakan, Begini Sejarah Sidang Isbat