Di Ujung Ramadan Ngabuburit di Masjid Al Alam, Ikon Wisata Religi Kota Kendari

Caption Masjid Nur Alam, masjid terapung Kendari, Sulawesi Tenggara. Foto: Hatta Muarabagja/Tempo
Caption Masjid Nur Alam, masjid terapung Kendari, Sulawesi Tenggara. Foto: Hatta Muarabagja/Tempo

TEMPO.CO, Jakarta - Sinar matahari di langit Kota Kendari, Sulawesi Tenggara mulai meredup pertang itu, menandakan waktu berbuka puasa kian dekat. Meski demikian, orang-orang masih nampak sibuk mengerumuni deretan penjual takjil. Makanan yang dijajakan beragam mulai dari es campur, dawet, pisang goreng, hingga bakso bakar. Deretan penjual takjil itu masih satu area dengan Masjid Al Alam, ikon wisata religi kota Kendari.

Bagi masyarakat di kota Kendari, khususnya para pelancong, Masjid Al Alam memang menjadi salah satu destinasi favorit, apalagi ketika saat ini hari lebaran di depan mata. Daya tarik masjid ini adalah lokasinya yang berada di tengah-tengah teluk Kendari. Posisi masjid yang berada di atas permukaan laut membuatnya terkenal dengan sebutan masjid terapung.

Keseluruhan area Masjid Al Alam amat lapang, yakni memiliki luas 12.692 meter persegi yang terbagi menjadi bangunan utama masjid, plaza tertutup dan plaza terbuka. Masjid rancangan arsitek Mursyid Mustafa itu mulai dibangun pada 2010 dan rampung pada 2018.

Area plaza terbuka menjadi tempat pengunjung melakukan banyak aktivitas. Dalam pantauan Tempo pada Selasa, 18 April 2023, tampak sejumlah orang mengayuh sepeda dan mengendarai otopet. Ada juga sekumpulan anak-anak yang asyik berkemudi mobil mainan aki yang memang khusus untuk disewakan.

Hisyam, salah seorang pengunjung mengatakan bahwa ia dan keluarganya sudah dua kali melawat ke Masjid Al-Alam sejak tiba di Kendari dua minggu silam. Ia menyukai suasananya yang kedap dari huru-hara perkotaan. “Setiap pulang kampung ke Kendari pasti nyempetin buat ke sini. Pemandangan sunset-nya di sini bagus, lumayan buat foto-foto,” ujar Hisyam.

Pria yang datang dari Jogja itu mengaku ia dan keluarganya sengaja membawa bekal dari rumah untuk ‘piknik’ di kawasan masjid. Hisyam mengatakan anak-anaknya betah berlama-lama di sini. “Mungkin karena di sini suasananya adem kali ya, apalagi pas mau magrib gini. Terus juga bisa main mobil-mobilan, wah pasti anteng kalo udah gitu,” katanya.

Secara fisik, Masjid Al-Alam memiliki kubah utama dengan sistem buka tutup berwarna jingga keemasan. Pada tiap titik sudut bagunan terdapat empat menara yang mirip dengan Burj Al Arab dengan didominasi warna putih dan biru. Gerbang utama masjid bercorak tembaga coklat keemasan yang mengkilap dengan ukiran kalimat tauhid.

Masuk ke dalam, Masjid Al-Alam terasa lega. Ditopang sejumlah pilar berwarna abu-abu mengkilap, bagian langit-langit masjid ini didominasi lingkaran yang berwarna hijau tosca dan coklat. Di sejumlah titik, disediakan botol kecil parfum yang bisa digunakan jamaah. Dilengkapi puluhan jendela kaca berwarna biru, jamaah bisa melihat hamparan laut dari dalam masjid.

Idris, seorang jamaah yang baru saja selesai menunaikan solat magrib menyebut Masjid Al Alam nyaman untuk digunakan sebagai tempat beribadah. Warga lokal kota Kendari ini mengaku telah beberapa kali meyambangi masjid ini selama bulan ramadan untuk ikut solat tarawih bersama.

“Dari waktu pertama kali dibuka pas 2018 sudah sering ke sini. Selain buat solat ya itung-itung nikmatin suasana di sini. Menurut saya alhamdulillah cukup terawat sih, mudah-mudahan bisa ditingkatin lagi biar bisa makin nyaman,” ujarnya.

Pilihan Editor: Masjid Al Alam, Masjid Terapung Ikon Wisata Religi di Kota Kendari

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.