TEMPO.CO, Jakarta - Di akhir Ramadan, terdapat berbagai ritual khas dari berbagai daerah. Salah satu yang terkenal adalah likuran. Likuran merupakan waktu ketika bulan Ramadan segera berakhir atau jelang lebaran Idul Fitri. Tradisi likuran banyak dilakukan diberbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Desa Sembirkadipaten, Kecamatan Primbun, Kabupaten Kebumen.
Berbeda dengan likuran di daerah lain yang dimeriahkan dengan pawai obor. Di desa Sembirkadipaten, malam likuran dirayakan dengan cara membagikan besek berisi nasi dan lauk pauk kepada seluruh jamaah usai salat tarawih. Ritual itu dilengkapi dengan doa seorang Kyai kepada seluruh jamaah.
Tradisi likuran digelar dengan cara menyalakan damar malam, maupun lampu colok atau cangkok, tepatnya di malam ganjil di sepertiga terakhir bulan Ramadan. Penyalaan api di malam likuran merupakan simbol petunjuk hidayah Islam yang diajarkan oleh Syekh ‘Ainul Yaqin atau yang lebih dikenal dengan Sunan Giri.
Di malam likuran ini, selain memperbanyak ibadah, beberapa orang juga mengejar berkah mencari rezeki saat Ramadan. Dalam tradisi ini, disimbolkan sebagai
Beruntunglah bagi orang - orang yang bekerja untuk dunianya dan ketika telah mendapat anugerah dari Allah yang berupa kekayaan dan karunia lainnya lalu menginfakkannya sebagai bekalnya kelak di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surah Alqasass ayat 77 yang berarti:
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
Pilihan Editor: 7 Tradisi Lebaran di Berbagai Wilayah Indonesia yang Unik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.