TEMPO.CO, Malang - Gerimis belum berhenti saat sejumlah mahasiswa berdatangan sehabis salat tarawih di hari kedua belas Ramadan 1444 Hijriah.
Mereka peserta pengajian bertajuk “Tadarus Islam Progresif” atau TIP yang diadakan bersama oleh empat organisasi masyarakat sipil di Kota Malang, yaitu Intrans Institute, Malang Corruption Watch (MCW), Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), dan Komunitas Kalimetro.
Mantan Kepala Program MCW Miri Pariyas alias Meri menuturkan, kegiatan TIP dimulai sejak 29 Maret dan dijadwalkan berakhir 12 April 2023 atau bertepatan dengan 5-21 Ramadan 1444 Hijriah. Seluruh kegiatan dipusatkan di Wisma Kalimetro, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
“Semua kegiatan kami laksanakan sehabis salat tarawih. Diawali dengan pembacaan Al-Qur’an hingga para peserta datang,” kata Meri kepada Tempo, Senin malam, 3 April 2023. Dia juga jadi pemateri TIP.
Seluruh peserta diseleksi lebih dulu. Pendaftaran dibuka sepanjang 21-25 Maret dan sehari kemudian panitia mengumumkan 27 nama pendaftar yang lolos jadi peserta kegiatan TIP IV.
Para peserta berasal dari beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Universitas PGRI Kanjuruhan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim alias UIN Malang, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, ditambah peserta dari pondok pesantren dan Gerakan Pemuda Ansor.
Para peserta dianggap layak mengikuti TIP karena mempunyai semangat belajar yang tinggi, berintegritas baik, dan punya keinginan besar untuk memperjuangkan gagasan Islam progresif.
“Ramadan merupakan bulan penuh berkah. Selain penyucian jiwa, Ramadan juga bisa jadi momentum untuk beremansipasi sosial terhadap segala ketidakadilan terhadap manusia dan kemanusiaan,” ujar Meri, sarjana biologi.
Tadarus Islam Progresif 2023 merupakan TIP edisi keempat. TIP edisi pertama dilaksanakan pada 19 Mei 2018-1 Juni 2018. TIP edisi kedua dilangsungkan pada 15-22 Mei 2019, disusul pelaksanaan TIP edisi ketiga pada 20-30 April 2021. Kegiatan serupa ditiadakan pada 2020 musabab kemunculan pandemi Covid-19.
Gagasan Islam Progresif
Direktur Intrans Institute In’amul Mushoffa alias In’am mengatakan, kegiatan TIP bertujuan untuk mempopulerkan atau menyemarakkan gagasan Islam progresif, yaitu mewujudkan keadilan sosial, keadilan gender, dan pluralisme.
“Gagasan Islam progresif ingin menggugah kemanusiaan kita sebagai bagian dari umat manusia di seluruh dunia, yang berasal dari Nabi Adam, tanpa membedakan latar belakang, suku, agama, jenis kelamin, dan ras. Muslim progresif harus berani melawan semua ketidakadilan yang ada di sekitar kita, siapa pun pelakunya,” kata In’am.
Meri dan In’am ikut jadi pemateri kegiatan TIP. Selain mereka, ada Khoirul Anwar selaku Koordinator FNKSDA Malang; Maula Al-Ghazali, Pengasuh Rumah Maiya Al-Manhal; Muhammad Al-Fayyadl alias Gus Fayyadl, intelektual muda Nahdlatul Ulama yang juga dosen Universitas Nurul Jadid, Probolinggo; empat peneliti Intrans Institute, yaitu Abdul Hafidz Ahmad, Apip Nurwan Muhammad, dan Rahmat Hidayatullah, Miftahu Ainin Jariyah, serta Koordinator Badan Pekerja MCW Ahmad Adi Susilo.
Tema materi yang dibahas beragam dan pembahasannya berperspektif Islam progresif. Gambaran umum materi yang dikaji tentang tauhid, keadilan sosial, dan perjuangan revolusioner para Nabi. Lalu disusul materi pengantar Islam progresif, kritik ekonomi (kapitalisme), politik Islam progresif, Islam dan Marxisme, penyelamatan lingkungan, sosialisme dan perjuangan kelas, ketidakadilan gender, krisis agraria, struktur politik oligarki di Indonesia, dan perburuhan.
Pengajian Islam progresif memakai dua sesi. Di sesi pertama, kelompok peserta lebih dulu mempresentasikan hasil bacaan sesuai tema maupun judul buku yang direkomendasikan panitia. Para peserta kemudian mendiskusikannya bersama. Diskusi berdurasi satu jam yang dipandu oleh fasilitator.
Di sesi kedua, narasumber atau pemateri memperdalam materi dan hasil presentasi peserta, lalu dilanjutkan dengan diskusi.
“Melalui kegiatan TIP, kami ingin menggugah kaum muda muslim supaya jadi umat yang aktif menyelesaikan problematika sosial, menjadikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin secara aktif sehingga dapat mewujudkan tatanan sosial yang berkeadilan, tatanan politik tanpa represi, tatanan ekonomi yang tidak eksploitatif, serta tatanan budaya tanpa hegemoni,” ujar In’am.
Tidak sebatas diskusi, di hari terakhir kegiatan panitia menawarkan rencana tindak lanjut berupa pembentukan semacam kelompok maupun forum Islam progresif di Malang, kerja-kerja kelompok, dan bentuk kegiatan lainnya.
ABDI PURMONO
Pilihan Editor: Baca Doa Ini Ketika Minum Air Zam-zam, Ikuti 7 Adab Saat Meminumnya