Dari Riau Pelesir Berwisata Ramadan di Jambi

Jembatan Gentala Arasy, Kota Jambi. Dok. Antaranews
Jembatan Gentala Arasy, Kota Jambi. Dok. Antaranews

TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca cerah terasa panas siang itu saat tiba di Jambi, pada Sabtu, 18 Maret 2023. Perjalanan selama 16 jam naik bus dari Riau menuju Jambi tak begitu menjemukan. Saat terasa mengantuk, mata seperti enggan terpejam, karena ingin memandangi suasana di sekitar Sungai Batanghari memasuki wilayah Jambi. Selama Ramadan di Jambi akan mengisi waktu luang berwisata.

Beberapa hari sesampai di Jambi berkunjung ke tempat wisata. Pada, Senin, 20 Maret, Danau Sipin tujuan pertama berwisata, sekadar untuk menikmati semilir angin sore sambil memandangi perairan.  “Tempat ini awalnya semak, Pemkot (Pemerintah Kota) Jambi membuka wisata danau ini,” kata Diyah, warga di sekitar Danau Sipin.

Suasana di tepi Danau Sipin, pada Senin, 20 Maret 2023. TEMPO/Kakak Indra Purnama

Suasana makin ramai saat sore. Di area Danau Sipin ada beragam aktivitas hiburan, seperti panjat tebing buatan (artificial climbing), spot foto, dan perahu. Sewa perahu berukuran sedang selama 30 menit tarifnya Rp50 ribu. Perahu kecil dengan durasi yang sama tarifnya Rp25 ribu.

Di sana juga ada perahu motor atau ketek yang akan berkeliling danau jika penumpang sudah penuh. Tarifnya Rp10 ribu untuk satu orang. Daya tampungnya bisa ditumpangi 10 orang. Di Danau Sipin ada satu dermaga untuk perahu menambat.

Waktu mendekati senja, cahaya langit meredup menjelang temaram. Hujan mengakhiri berpelesir hari itu.

Jembatan Gentala Arasy

Jembatan menuju Gentala Arasy tujuan wisata di Jambi. TEMPO/Kakak Indra Purnama

Sore menjelang waktu berbuka puasa jembatan menuju Gentala Arasy tujuan ngabuburit masyarakat Jambi. Tak hanya saat Ramadan, jembatan khusus pejalan kaki yang melengkung itu memang diminati saat sore untuk memandangi matahari terbenam.

Gentala Arasy nama menara jam di di Kelurahan Arab Melayu, Pelayangan. Jembatan menuju menara itu ditopang penyangga beton di atas Sungai Batanghari. Sore itu, Sabtu, 25 Maret berlanjut pelesiran di jembatan itu. Panjang jembatan 503 meter, lebarnya 4,5 meter. Jembatan menghubungkan dua kecamatan, yaitu Pasar Jambi dan Pelayangan.

Waktu berkunjung siang agaknya kurang nyaman, karena terasa panas dan embusan angin terasa kencang saat tiba pukul 13.00. Langkah kaki berlanjut menuju ujung jembatan arah Pelayangan, melihat dari dekat menara jam Gentala Arasy yang tingginya kurang lebih 80 meter.

Putri Pinang Masak Park

Patung angso duo di area Putri Minang Masak Park di Jambi. TEMPO/Kakak Indra Purnama

Perjalanan kembali ke arah Pasar Jambi. Sebelum pulang, singgah sejenak ke Taman Putri Pinang Masak Park. Kawasan ini ruang terbuka wilayah Jalan Sultan Thaha, dekat Pasar Tradisional Angso Duo.  Ikon area itu ornamen bangunan angso duo atau serupa dua angsa yang berhadapan. Ada pula musala yang bangunan depannya dihias menyerupai Ka’bah.

Musala di area Putri Minang Masak Park di Jambi. TEMPO/Kakak Indra Purnama

Ngabuburit di Pasar Beduk Al Muhajirin

Pada Minggu, 26 Maret perjalanan terkhusus untuk ngabuburit berbelanja hidangan buka puasa di Pasar Beduk Al Muhajirin. "Pasar ini sangat ramai dikunjungi masyarakat, datang ke sini untuk membeli menu takjil," kata Ayu, pengunjung Pasar Beduk Al Mujahirin.

Sore itu pukul 16.00, pasar sudah ramai. Biasanya pasar makin ramai satu jam sebelum waktu berbuka puasa di Jambi. Saat mendekati waktu berbuka itu biasanya jalan mulai macet. Pasar takjil itu berada di salah satu ruas Jalan Letjen Basuki Rahmat, tepatnya di dekat taman Perumnas. Lokasinya berjarak sekitar satu kilometer dari Tugu Keris Siginjai salah satu ikon Jambi.

Aroma berbagai hidangan menguar di udara. Makanan yang ada di pasar beduk ini antara lain, kue kering, seafood, gulai, rendang, dan masih banyak lagi. Minuman segar yang banyak dijual di sana sop buah rumput laut, air tebu, cendol, cincau, es jagung. Membawa uang Rp50 ribu agaknya cukup untuk membeli aneka makanan dan minuman di pasar takjil itu.

"Pasar beduk ini sangat membantu ekonomi masyarakat,” kata Wanto, salah satu pedagang di Pasar Beduk Al Muhajirin.

Pasar Beduk Al Muhajirin sempat tutup selama tersebab pandemi pada 2020. Pasar itu kembali dibuka pada Ramadan 2021, namun belum ramai. Pada Ramadan 2022, suasana Ramadan terasa normal dan pasar pun ramai dikunjungi

Pasar yang hanya ada saat Ramadan itu dikelola pengurus Masjid Al Muhajirin. "Saat hari biasa, pasar beduk ditiadakan, hanya taman dan alun-alun saja," kata Iwan Panitia Pasar Beduk Al Muhajirin.

Tak hanya berburu takjil, biasanya pengunjung datang ke pasar sekadar untuk jalan-jalan.

Misalnya, pengunujung menyewa sepeda listrik untuk berkeliling di alun-alun Kota Baru. Tarif sewanya Rp50 ribu untuk dua jam. Syaratnya meninggalkan KTP, nanti diambil saat mengembalikan kendaraan. "Sewa sepeda (gowes) juga ada, satu jam Rp25 ribu," kata Murni, pengunjung pasar.

Pilihan Editor: 15 Objek Wisata di Pangalengan Cocok Untuk Liburan Akhir Pekan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.