Islamofobia: Awal Ramadan Dicemari Pembakaran Al-Quran di Denmark

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

Massa aksi membawa poster saat aksi ulama, advokat, dan tokoh masyarakat, menyikapi pembakaran Al Quran di Swedia dan Belanda, dalam aksi bela Al Quran di Bandung, Jawa Barat, 3 Februari 2023. Mereka menuntut pemerintah untuk menyikapi peristiwa ini dengan tegas, menuntut pemutusan hubungan diplomatik, dan memboikot kerja sama dengan Belanda dan Swedia. TEMPO/Prima Mulia
Massa aksi membawa poster saat aksi ulama, advokat, dan tokoh masyarakat, menyikapi pembakaran Al Quran di Swedia dan Belanda, dalam aksi bela Al Quran di Bandung, Jawa Barat, 3 Februari 2023. Mereka menuntut pemerintah untuk menyikapi peristiwa ini dengan tegas, menuntut pemutusan hubungan diplomatik, dan memboikot kerja sama dengan Belanda dan Swedia. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota kelompok sayap kanan di Denmark membakar Al-Quran di awal Ramadan di depan Kedutaan Turki di Kopenhagen, Jumat, 24 Maret 2023.

Kelompok tersebut, yang dikenal sebagai Patrioterne Går Live (The Patriots Go Live), menyiarkan pembakaran tersebut di siaran Facebook Live. Mereka juga memasang spanduk Islamofobia, dan membakar bendera Turki.

Aksi tersebut mengundang reaksi sejumlah negara Muslim. Arab Saudi bersama Yordania, Kuwait, dan Qatar mengutuk pembakaran Al Quran dan bendera Turki sebagai Islamofobia.

Kementerian Luar Negeri Turki mengecam insiden itu sebagai kejahatan rasial. Ankara, seperti dilaporkan surat kabar Turki Daily Sabah, tidak akan pernah menerima tindakan keji berkedok kebebasan berekspresi.

Kementerian meminta otoritas Denmark untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab dan memastikan insiden lebih lanjut tidak terjadi. Turki percaya insiden itu mengancam keharmonisan sosial dan hidup berdampingan secara damai.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Yordania, Sinan Majali, mengatakan tindakan tersebut memicu kebencian dan rasisme. "Membakar Al Quran adalah tindakan kebencian yang serius dan manifestasi Islamofobia yang memicu kekerasan dan penghinaan terhadap agama dan sama sekali tidak dapat dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi," katanya dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan tersebut selanjutnya mendesak otoritas Denmark untuk mencegah terulangnya tindakan seperti itu yang “memicu kekerasan dan kebencian serta mengancam hidup berdampingan secara damai.”

Sementara itu dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Kuwait memperingatkan bahwa pembakaran Alquran berisiko memicu reaksi kemarahan dari umat Islam di seluruh dunia.

Kementerian meminta para pelaku untuk dimintai pertanggungjawaban, memastikan bahwa “kebebasan berekspresi tidak digunakan untuk menyinggung Islam atau agama lain.”

Qatar mengutuk dengan “istilah paling kuat” pembakaran salinan Al Quran. Negara itu memperingatkan bahwa insiden terbaru mewakili “eskalasi berbahaya” dari insiden yang menargetkan umat Islam.

Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan pembakaran Alquran di bawah klaim kebebasan berekspresi “mengancam nilai-nilai hidup berdampingan secara damai”. Itu juga, menurut Qatar, mengungkapkan standar ganda yang menjijikkan.

“Kami menolak segala bentuk ujaran kebencian berdasarkan kepercayaan, ras, atau agama,” kata Kementerian Luar Negeri Qatar.

Qatar meminta masyarakat internasional untuk “menolak kebencian, diskriminasi, hasutan dan kekerasan, menggarisbawahi pentingnya menegakkan prinsip-prinsip dialog dan saling pengertian.”

ARAB NEWS | NEW ARAB

Pilihan Editor Netanyahu Pecat Menhan, Situasi Politik di Israel Makin Panas