Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang Benahi Musala Demi Tarawih Bersama

Reporter

Zubairi saat berada di dalam Musala Baitut Taqwa di Jalan 10 Nopember, Koja, Jakarta Utara, Rabu, 22 Maret 2023. Musala ini menjadi salah satu bangunan yang terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Foto: ANTARA/Walda
Zubairi saat berada di dalam Musala Baitut Taqwa di Jalan 10 Nopember, Koja, Jakarta Utara, Rabu, 22 Maret 2023. Musala ini menjadi salah satu bangunan yang terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Foto: ANTARA/Walda

TEMPO.CO, JakartaWarga RT. 06/01, Koja, Jakarta Utara bersama-sama memperbaiki Musala Baitut Taqwa jelang Ramadan 1444 Hijriah. Musala itu menjadi salah satu bangunan yang terdampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang.

Berdiri di antara impitan rumah yang menghitam, Musala Baitut Taqwa menjadi saksi bisu peristiwa kebakaran yang terjadi pada 3 Maret lalu. Tembok dan lantai musala menyisakan benda-benda yang terbakar.

Tepat di depan bangunan ibadah itu, terlihat jejeran rumah yang sudah menjadi kerangka kayu lapuk.

Jalan menuju musala tersebut pun sempit dan berdebu. Sesekali jalanan menuju bangunan itu dibubuhi batu kerikil dan puing-puing dari bangunan yang terbakar.

Namun, pada Rabu, 22 Maret 2023, seperti dikutip dari Antara, warga sekitar berkumpul di sana. Ada yang menyapu, memperbaiki sound system, memperbaiki pelantang (loud speaker), hingga mengepel lantai di bagian dalam. Semua demi memastikan Musala Baitut Taqwa bisa digunakan untuk salat tarawih di Ramadan tahun ini.

Pengurus Musala Menjadi Korban Kebakaran Depo Pertamina

Musala Baitut Taqwa menjadi satu-satunya tempat ibadah yang terbakar dalam peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang.

Zubairi selaku pengurus musala itu menceritakan detik-detik tempat ibadah ini ikut terbakar pada malam yang panas dan membara itu.

Malam itu, musala genap berusia 1 tahun. Tidak ada aktivitas menonjol yang berlangsung. Hanya sekumpulan warga yang sedang mengikuti pelajaran agama Islam.

Tiba-tiba pada malam itu, luapan api muncul, bak lidah menjilati musala dan rumah yang ada di sekelilingnya. Pada saat itu pula penghuni musala yang ada di dalam langsung melarikan diri.

Seorang pengurus musala wafat kala ingin menyelamatkan uang milik yayasan yang tersimpan di dalam. Ia mengalami luka bakar di bagian tangan hingga kepala.

Kondisi musala pasca-terbakar pun cukup mengenaskan. Dari seluruh ruangan di dalam bangunan itu, hanya ruang utama tempat salat saja yang selamat. Lantai dua tempat santri belajar juga ludes terbakar.

Begitu pula bagian belakang musala yang juga hangus terbakar.

Selain itu, atap di lantai dua juga telah ambruk sehingga saat ini hanya ditutupi terpal saja. Kondisi yang sama juga terlihat ketika melihat atap di teras musala.

Beberapa peralatan musala seperti pelantang dan karpet juga ikut ludes terbakar. Namun,  Zubairi mengungkapkan bahwa api tidak sedikit pun menyentuh tumpukan Alquran yang ada di ruang utama musala.

Jadi Tempat Salat Tarawih

Musala ini kerap dijadikan warga sebagai tempat beribadah dan belajar Alquran. Setiap harinya selalu ada anak-anak yang belajar agama di musala tersebut. Tak ayal, musala ini menjadi salah satu bangunan favorit warga setempat.

Namun, setelah musala terbakar, rasa pesimistis menyelimuti benak Zubairi. Ia khawatir musala tidak bisa dipergunakan untuk salat tarawih dan aktivitas keagamaan lainnya.

Namun, pesimisme itu perlahan terkikis kala Zubairi melihat banyak warga yang masih mau menggunakan musala tersebut. "Saya semangat, harus bangkit, bagaimana caranya awal Ramadhan ini musala bisa digunakan untuk tarawih. Pemuda-pemuda ini langsung bergerak membantu," kata Zubairi.

Akhirnya, Zubairi beserta warga bahu-membahu membenahi musala tersebut. Dengan peralatan seadanya, dia bersihkan seluruh sisi musala. Dia ingin rumah ibadah ini bersih, suci, dan layak dijadikan tempat memanjatkan doa kepada Allah.

Perlahan tapi pasti, beberapa peralatan sudah mulai terpenuhi seperti pelantang atau pengeras suara, lampu hingga, soundsystem. Itu semua berkat hibah warga sekitar dan bantuan dari uang pemilik yayasan.

Zubairi senang karena tidak menyangka warga akan seantusias ini dalam membantu pembenahan musala. Ia yakin bangunan sederhana bisa menampung 80 hingga 90 orang untuk salat tarawih malam ini.

Musala ini akan menjadi saksi di mana ratusan warga korban kebakaran depo BBM tersebut memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa.

Musala ini juga akan menjadi wadah untuk memperkuat iman umat Islam setempat pada bulan Ramadhan di tengah bencana kebakaran.

Zubairi memastikan setelah salat tarawih malam ini digelar, kegiatan keagamaan lainnya di musala ini akan mulai dilakukan demi melayani umat Islam setempat.

Pilihan editor: Warga Tanah Merah Akui Tinggal di Tanah Negara, tapi Tetap Tolak Relokasi