Jelang Ramadhan, Sejumlah Korban Gempa Cianjur Masih Bertahan di Pengungsian

Sejumlah posko pengungsian warga berdiri di dekat rumah yang hancur akibat gempa bumi di Garogol Kidul, Cibulakan, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat 25 November 2022. Masa tanggap darurat penanganan gempa bumi di Kabupaten Cianjur ditetapkan selama 30 hari sejak Senin (21/11/2022). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Sejumlah posko pengungsian warga berdiri di dekat rumah yang hancur akibat gempa bumi di Garogol Kidul, Cibulakan, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat 25 November 2022. Masa tanggap darurat penanganan gempa bumi di Kabupaten Cianjur ditetapkan selama 30 hari sejak Senin (21/11/2022). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Cianjur - Sejumlah korban gempa Cianjur, Jawa Barat, masih bertahan di pengungsian karena bantuan belum cair. Korban di Kecamatan Cianjur, Cugenang, dan Warungkondang yang paling terdampak ada yang sudah mengisi Hunian Sementara (Huntara), namun ada juga yang masih di tenda pengungsian.

Nandang Kurnaedi, 35 tahun, warga Kampung Tegallega, Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur, mengaku sudah pulang ke rumah meskipun masih dalam kondisi darurat. Namun ada beberapa tetangganya yang masih di pengungsian. 

Nandang menjelaskan, sekitar 80 persen warga kampung tersebut berprofesi sebagai tukang bangunan sehingga saat bantuan stimulan cair segera membangun rumah masing-masing.

"Meskipun bantuan belum cair semuanya, sebagian warga sudah membangun rumah masing-masing. Ada sekitar 7 keluarga yang masih bertahan di tenda pengungsian karena bantuan pembangunan rumah belum cair," kata Nandang di Cianjur, Rabu 22 Maret 2023.

Tarawih di masjid darurat

Untuk salat tarawih, Nandang menyebutkan, rencananya akan dilaksanakan di masjid darurat yang dekat dengan pemukiman warga. "Kalau tidak bisa, kami terpaksa salat tarawih di masjid besar yang lokasinya agak jauh," imbuhnya.

Budi, 45 tahun, warga Kampung Salahuni, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, mengaku masih bertahan di hunian sementara yang didirikan di depan rumahnya yang ambruk. Dia mengaku rumahnya belum dibangun karena bantuan belum cair.

Hunian sementara yang diisi keluarga Budi kondisinya sangat memprihatinkan karena terbuat dari terpal berukuran 4x6 meter. Lantainya tanah yang dilapisi dengan terpal dan karpet tipis. "Kalau siang panas, tapi malamnya dingin sekali," kata Budi.

Dian Haerani, 51 tahun, warga Kampung Babakan Gasol, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, mengaku meskipun bantuan stimulan belum cair, dia terpaksa membangun sendiri rumahnya yang ambruk. Menurut dia, menghadapi bulan puasa keluarganya ingin berkumpul di rumah sendiri.

"Ya, bangunannya belum selesai, baru sekitar 60 persen. Yang penting bisa dihuni, daripada tinggal di tenda pengungsian. Kami ingin melaksanakan ibadah puasa dengan tenang meskipun dalam kondisi darurat," tutur Dian.

Dian mengaku sampai saat ini mayoritas korban terdampak gempa di Kecamatan Cugenang belum menerima bantuan dana stimulan dari pemerintah. Kabarnya, kata dia, pencairan akan dilaksanakan pekan depan. "Itu juga baru kabar, makanya kami membangun rumah dengan uang sendiri, daripada nunggu-nunggu lama," ujarnya.

DEDEN ABDUL AZIZ

Pilihan Editor: Jemaah An-Nadzir Mulai Berpuasa Hari Ini, Siapakah Mereka?