Pedagang Tanah Abang Sebut Penjualan Baju Jelang Ramadan 2023 Turun dibandingkan Tahun Lalu

Reporter

Pedagang jilbab melayani pengunjung di blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis, 16 Maret 2023.  Banyak pengunjung yang mulai berburu baju baru untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran 2023.  TEMPO/Nufus Nita Hidayati
Pedagang jilbab melayani pengunjung di blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis, 16 Maret 2023. Banyak pengunjung yang mulai berburu baju baru untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran 2023. TEMPO/Nufus Nita Hidayati

TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang Pasar Tanah Abang mengeluh adanya penurunan jumlah pesanan baju ke luar daerah menjelang Ramadan 2023. "Memang kelihatannya ramai, tapi jumlah pembeli turun drastis dari tahun lalu. Pesanan dari luar kota juga tidak sebanyak tahun lalu," kata salah satu pedagang, Mutia, 32 tahun, di Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa 21 Maret 2023.

Kios-kios di Blok A Pasar Tanah Abang memang terlihat ramai, namun tidak terlalu padat pada H-2 Ramadan 1444 Hijriah.
Senada dengan itu, kurir di Blok A Pasar Tanah Abang, juga merasakan penurunan pengiriman barang yang biasanya ramai dari luar Pulau Jawa.

Pesanan dari luar pulau juga turun

Umumnya, baju-baju asal Tanah Abang dipasarkan kembali di luar Pulau Jawa, umumnya Palembang, Bengkulu, Padang, hingga Papua, bahkan diekspor hingga kawasan Timur Tengah.

Aceng, kurir di Tanah Abang mengaku biasanya jumlah pesanan baju pada tahun lalu mencapai 200 lusin, kini hanya berkisar 70 lusin untuk sekali pengiriman. Ia mengatakan pedagang luar kota biasanya sudah memesan baju sejak 1-2 bulan sebelum Ramadan. Selain itu, ia juga merasakan turunnya jumlah pelanggan luar kota hingga 70 persen.

"Pedagang-pedagang baju di Kalimantan dan Sulawesi yang biasanya datang ke sini, tahun ini sudah tidak berdagang baju lagi, banyak yang alih usaha karena tergerus belanja daring (online)," kata Aceng.

Dampak dari penurunan pemesanan baju luar kota akhirnya juga berimbas kepada porter atau jasa angkut. Jumlah porter di Blok A Pasar Tanah Abang sendiri diperkirakan mencapai seribu orang. Salah satu porter, Suheli (35), mengaku hanya mengantongi upah paling banyak Rp100 ribu sehari dalam satu bulan terakhir.

"Tahun lalu paling banyak bisa sampai Rp200 ribu sehari. Kemarin-kemarin pernah dua hari tak dapat (upah) ngangkut," katanya.

Meski Pemerintah telah mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), namun pedagang mengaku turunnya pembeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali.

Kebanyakan pembeli berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dengan jumlah satuan untuk dipakai, bukan dijual kembali.

Pilihan Editor: Prediksi Jam Macet di Jakarta Selama Bulan Ramadan 2023