Mau Jualan Takjil saat Ramadan? Ini Pesan dari Ekonom Unair

Reporter

Editor

Devy Ernis

Pedagang takjil sedang melayani pengunjung yang membeli dagangan mereka untuk berbuka puasa di kawasan Masjid Agung Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku Rabu, 20 April 2022. TEMPO/Taufik Rumadaul
Pedagang takjil sedang melayani pengunjung yang membeli dagangan mereka untuk berbuka puasa di kawasan Masjid Agung Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku Rabu, 20 April 2022. TEMPO/Taufik Rumadaul

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Ramadan, banyak pedagang ultra mikro yang sudah siap untuk menjajakan takjil. Ekonom Universitas Airlangga (Unair) Shochrul Rohmatul Ajija menjelaskan bahwa fenomena tersebut menandakan bahwa Ramadan juga menjadi momen dalam peningkatan perekonomian masyarakat.

“Daya beli masyarakat di bulan Ramadan itu cenderung naik dan terdistribusi. Jadi orang yang cenderung kaya akan menyedekahkan sehingga orang-orang dalam kelompok masakin (miskin) mendapat tambahan income dan daya beli naik,” ujarnya dilansir dari laman Unair pada Senin, 20 Maret 2023.

Tidak hanya itu, aspek psikologis dan keyakinan dalam beragama, sambungnya, juga memengaruhi hal tersebut. Banyak masyarakat yang merasa bahwa Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk bersedekah dan mengeluarkan uang yang dimilikinya, sehingga permintaan cenderung naik.

Rohmatul menjelaskan bahwa permintaan masyarakat tersebutlah yang ditangkap oleh pasar sehingga direspons dengan bermunculan usaha-usaha ultra mikro baru. Hal itu, sambungnya, juga membuat para pengusaha menaikan supply atau penawaran barang yang dimiliki untuk memenuhi permintaan masyarakat. Kenaikan tersebut akhirnya membuat titik keseimbangan juga berubah.

“Banyak orang yang sudah merencanakan income-nya untuk menghadapi bulan Ramadan. Ada sebagian orang yang memilih untuk membuat tabungan Idulfitri, kalau di kampung ada arisan Lebaran. Itu uang yang sengaja dikumpulkan untuk Ramadan dan Idulfitri,” tambah dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Unair tersebut.

Ia berpesan untuk pedagang ultra mikro harus mampu bertindak rasional dan paham akan pasar, sehingga dapat menyetok barang dengan efisien. Selain itu, dia menyebut jangan sampai glorifikasi prospek usaha di bulan Ramadan membuat pedagang ultra mikro baru mencari modal dengan berutang.

“Skema pembiayaan (utang) untuk usaha yang sporadis seperti ini bahaya. Karena tidak sedikit yang abis lebaran menanggung utang banyak. Dengan alasan ketipulah, salah perhitungan, dan tidak laku barang dagangannya,” tuturnya.

Pilihan Editor: Menyambut Bulan Suci, Berikut 20 Link Twibbon Ramadan 2023