Sambut Ramadhan, Pondok Modern Ini Dorong Para Santri Menulis dan Tangkal Hoaks

Suasana perkarangan kampus putri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) di Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Jumat sore, 10 Maret 2023. TEMPO/Abdi Purmono
Suasana perkarangan kampus putri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) di Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Jumat sore, 10 Maret 2023. TEMPO/Abdi Purmono

TEMPO.CO, Malang - Para santri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) mengikuti kegiatan mengaji literasi buku dan media untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah atau 2023 Masehi. Dua kegiatan literasi itu untuk mendorong para santri menulis dan sekaligus menangkal hoaks di media sosial. 

Pondok Pesantren Modern Thursina berdiri di Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada 2012. Saat ini, jumlah guru dan staf di Thursina IIBS tahun ajaran 2022-2023 sebanyak 277 orang. Sedangkan santrinya berjumlah 1.090 orang, baik SMP dan SMA. Mereka terdiri dari 590 santri putra dan 500 santri putri. 

“Kami ingin memberikan warna dan suasana baru bagi para santri untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka sebelum mereka pulang liburan bulan Ramadhan ke rumah orangtuanya atau pergi menjalankan umrah,” kata Adhi Kurniawan, Pustakawan Thursina IIBS, kepada Tempo.

Menurut Adhi, kegiatan berjudul “Ngobrol Pintar” itu terbuka gratis bagi seluruh santri SMP dan SMA. Tiada paksaan untuk mengikuti kegiatan yang dipusatkan di perpustakaan kampus putri dan kampus putra Thursina IIBS ini. Perpustakaan kampus putri dan putra masing-masing berada di lantai 4. Kedua kampus terpisah jarak sekitar 400 meter. 

Dua narasumber berbeda dihadirkan untuk mengisi kegiatan literasi buku dan literasi media. Kegiatan literasi buku digelar lebih dulu di kampus putri pada Jumat sore, 17 Februari 2023, disusul kegiatan serupa di kampus putra pada Jumat sore, 24 Februari tahun yang sama, dengan narasumber Al Muiz Liddinilla dari Penerbit Kota Tua, Kota Malang.

Sedangkan literasi media menghadirkan seorang wartawan. Kegiatan literasi media dilaksanakan lebih dulu di Kampus Putri Thursina pada Jumat sore, 10 Maret 2023, lalu di kampus putra pada Jumat sore, 17 Maret.

Muiz menyampaikan materi tentang membangun ide menulis kreatif dan memulai menulis. Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin, salah satu pondok pesantren tertua di Jawa Timur yang berlokasi di Gresik ini menyebutkan bahwa bahan bakar untuk menulis adalah membaca, berdiskusi, dan penelitian. 

Sedangkan ide-ide bisa berasal dari penginderaan, pengalaman diri, pengalaman orang lain, buku, film, dan musik. Muiz mencontohkan banyak tokoh nasional dan keagamaan Indonesia yang bisa jadi sumber inspirasi menulis, seperti Kiai Haji Ahmad Dahlan, Kyai Haji Hasyim Asy’ari, Kiai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Presiden Soekarno, dan Presiden Habibie.  

“Menulis itu butuh kepercayaan diri, ketekunan, konsistensi, dan keberanian,” ujar Muiz, sarjana kimia dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim alias UIN Malang. 

Adhi menambahkan, pada kegiatan literasi media disajikan materi tentang gerakan literasi media untuk menangkal penyebarluasan hoaks. Materinya mencakup minat baca penduduk Indonesia yang rendah, jumlah pengguna internet dan jumlah gawai atau gadget di Indonesia, tingkat kesopanan warganet atau netizen Indonesia, pengertian hoaks, ciri-ciri dan jenis hoaks, serta cara menghindari hoaks. 

Menariknya, mayoritas peserta berasal dari jenjang sekolah menengah pertama baik di kampus putri maupun di kampus putra, bahkan masih kelas VII alias kelas 1, sehingga membutuhkan seni dan teknik penyampaian pesan yang memudahkan para peserta menangkap pesan-pesan yang diujarkan narasumber. 

Selain tuturan lisan, narasumber juga dibantu alat peraga dan jaringan internet sehingga para peserta bisa langsung mengetahui pesan yang disampaikan. Misalnya, fitur Google Image dan Google Lens dipakai untuk mengetahui nama dan nilai sebuah benda yang ada di ruang perpustakaan atau pada pakaian yang mereka pakai. 

“Kami praktekkan langsung di layar besar cara menggunakan fitur Google Image di desktop dan Google Lens di handphone agar mereka bisa tahu langsung hasilnya. Para peserta kelihatan sangat senang karena itu jadi pengalaman baru bagi mereka,” kata Adhi, yang turut mendampingi narasumber.

Peserta juga diajak mempraktikkan cara mencari informasi dengan menggunakan kata kunci yang tepat untuk memverifikasi suatu informasi benar atau salah. 

Cara ini, misalnya, diterapkan saat ada pertanyaan dari peserta yang mendapatkan informasi bahwa kanker merupakan senjata biologi, atau apakah penyakit kudis muncul akibat pertumbuhan rambut yang salah. 

Pilihan Editor: Dirut Pertamina Jelaskan Sejarah Lahan Depo Plumpang: Dibeli Pertamina, Ditempati Warga hingga 55 Persen Lahan Menjadi Permukiman

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.