Dugderan, Tradisi Sambut Ramadhan di Semarang Digelar dengan Prosesi Lengkap

Pedagang mainan meramaikan Pasar Dugderan yang digelar sebagai tradisi menyambut bulan Ramadhan di Semarang, Senin 13 Maret 2023. ANTARA/HO-Pemkot Semarang)
Pedagang mainan meramaikan Pasar Dugderan yang digelar sebagai tradisi menyambut bulan Ramadhan di Semarang, Senin 13 Maret 2023. ANTARA/HO-Pemkot Semarang)

TEMPO.CO, Jakarta - Dugderan yang merupakan tradisi menyambut Ramadhan di Kota Semarang kembali digelar sejak 12 Maret 2023. Acara tahunan itu dihelat di komplek Alun-alun Masjid Agung Kota Semarang

Ratusan kios penjual makanan, mainan, dan pakaian memenuhi lokasi Dugderan. Mereka tersebar di Jalan Agus Salim, Jalan Pemuda, dan Jalan Alun-alun Barat. Jalan-jalan itu ditutup sebagain selama Dugderan.

Puncaknya adalah kirab dari Balaikota Semarang menuju lokasi Dugderan. Dalam kirab tersebut akan dibawa replika hewan mitologi khas Semarang yang dinamai Warak Ngendog. Hewan tersebut melambangkan akulturasi sejumlah suku yang tinggal di Kota Semarang.

"Kirab ke alun-alun. Acara yang utama dari tradisi Dugderan tersebut," kata Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu pada Kamis, 16 Maret 2023.

Gunungan berisi kue ganjel rem

Seperti dalam Dugderan tahun-tahun sebelumnya, gunungan berisi ganjel rel juga dibawa. Ganjel rel merupakan kue khas Kota Semarang. Setelah sampai di lokasi Dugderan ganjel rel dibagikan kepada masyarakat.

Ketika kirab sampai di Alun-alun Kota Semarang itu kemudian ditabuh bedug dan dinyalakan petasan. Bunyi dug dari tabuhan bedug dan der dari petasan itulah yang kemudian disebut Dugderan. "Kirabnya tanggal 21," ujar Hevearita.

Tahun lalu Dugderan digelar sederhana. Hanya acara dalam tradisi inti yang dilaksanakan. Pasalnya kondisi pandemi Covid-19. Sementara pada dua tahun sebelumnya ditiadakan lantaran pandemi.

Pilihan Editor: 5 Tradisi Menyambut Ramadan di Berbagai Belahan Dunia