Libatkan Ahli Gizi, PWNU Yogyakarta Imbau Menu Sahur dan Buka Puasa Sehat Atasi Stunting

Pembeli memilih aneka menu berbuka puasa dan jajanan khas Ramadan di Pasar Bendungan Hilir Jakarta, (11/8). Pasar yang digelar setiap bulan puasa itu menjadi salah satu lokasi favorit warga ibukota berburu kebutuhan berbuka puasa dan sahur. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Pembeli memilih aneka menu berbuka puasa dan jajanan khas Ramadan di Pasar Bendungan Hilir Jakarta, (11/8). Pasar yang digelar setiap bulan puasa itu menjadi salah satu lokasi favorit warga ibukota berburu kebutuhan berbuka puasa dan sahur. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diimbau menjaga menu sahur dan buka puasa selama Ramadan yang segera dimulai menjelang akhir Maret ini. Pengurus NU akan monitoring menu sahur dan buka puasa di kalangan santri. 

“Kami akan melibatkan petugas atau ahli gizi dari puskesmas di lima kabupaten/kota DIY dan agar dapat ikut memonitor menu sahur dan buka bersama para santri di pondok-pondok pesantren,” kata Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DI Yogyakarta Muhammad Nasikh Ridwan di sela forum Penajaman Strategi Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di Yogyakarta, Jumat, 17 Maret 2023.

Mengutip laman yankes.kemenkes.go,id, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Stunting biasanya terjadi pada usia janin dari 0 sampai 1000 hari pertama. Pemberian gizi ketika janin masih dalam kandungan sangat mempengaruhi stunting. 

Ramadan Jadi Momentum Perangi Stunting

Dalam forum yang digelar Pusat Studi Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga (PUSDEKA) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta itu, Nasikh menuturkan Ramadan kali ini dijadikan momentum Nahdliyin memerangi stunting di Yogyakarta. Prevalensi kasus stunting, terutama di Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo dinilai tinggi.

Cara memerangi stunting, salah satunya dengan intervensi dan membiasakan menu-menu makanan sehat dan bergizi untuk dikonsumsi. “Saat jelang Ramadan, di pondok pesantren atau masjid-masjid sudah terbentuk tim yang salah satu tugasnya mempersiapkan menu sahur dan berbuka ini, “ kata dia.

Ia menuturkan, petugas kesehatan atau ahli gizi berkolaborasi dengan pengurus NU Yogyakarta akan menginventarisasi kelompok-kelompok yang menjadi terdampak stunting. “Jangan sampai menu-menu sahur dan berbuka Ramadan ini tak ada nilai gizinya dan akhirnya upaya menangani stunting tak membuahkan hasil,” kata Nasikh.

Penanganan Stunting Perlu Terobosan Struktural

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta Widya Priyahita Pudjibudojo menuturkan dari kajian tim pusat studinya yang menangani persoalan keluarga, penanganan stunting tak hanya bisa dengan langkah struktural alias hanya mengandalkan program pemerintah. “Kita perlu terobosan langkah kultural sehingga bisa jadi pembisaan bagi masyarakat, perilaku-perilaku seperti apa saja yang bisa mencegah stunting,” katanya.

Widya menambahkan, salah satu perubahan perilaku yang bisa dikampanyekan memanfaatkan momentum Ramadan ini seperti pencegahan pernikahan dini. “Kampanye pencegahan pernikahan dini di bulan ramadan bisa dilakukan memanfaatkan saat pengajian atau di sela salat tarawih,” kata dia.

Pilihan Editor: Tak Perlu Selalu Masak, Ini Ide Menu Praktis untuk Sahur dan Berbuka Puasa