50 Persen Kurma di Eropa dari Israel, FOA Serukan Boikot

Kurma medjool. Shutterstock
Kurma medjool. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Muslim di seluruh Eropa diminta untuk memboikot kurma produksi Israel pada Ramadan tahun ini. Sebuah kampanye bertagar #CheckTheLabel oleh kelompok Friends of Al-Alqsa atau FOA, viral di media sosial. Tagar itu berisi seruan memboikot kurma Israel dan meminta para Muslim memastikan mereka tidak berbuka puasa dengan "rasa apartheid".

Israel adalah produsen kurma Medjoul terbesar di dunia. Sebanyak 50 persen kurma Israel diekspor ke Eropa. Kurma ini kemudian dijual di supermarket besar termasuk ASDA dan Tesco di Inggris serta toko lokal di seluruh Eropa. 

"Israel adalah negara apartheid yang secara etnis telah membersihkan warga Palestina dari tanah leluhur mereka selama 75 tahun," kata sebuah pernyataan dari Friends of Al-Aqsa (FOA) dalam seruannya kepada konsumen. 

FOA meminta Muslim memperhatikan apa yang mereka makan di bulan Ramadhan ini. "Dengan memilih untuk tidak membeli kurma Israel pada Ramadhan ini, komunitas Muslim dapat mengirimkan pesan yang jelas dan kuat untuk mengutuk pendudukan ilegal Israel dan apartheid di Palestina," kata Shamiul Joarder di FOA yang berbasis di Inggris.

Selama beberapa tahun terakhir, jumlah serangan terhadap jemaah Palestina di Al-Aqsa selama Ramadhan meningkat pesat. Pada April 2022, pasukan Israel secara brutal menyerang jemaah Palestina, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua menggunakan gas air mata, granat suara, serta peluru karet berlapis baja. Selama sepuluh hari, Israel melukai lebih dari 250 jemaah Palestina.

"Saatnya memperbaharui komitmen kita terhadap Ramadan ini. Kita harus ingat bahwa sebagai komunitas, kita kuat, dapat membuat suara kita didengar melalui tindakan sederhana mengembalikan kurma Israel ke rak. Yang perlu kita lakukan hanyalah # CheckTheLabel dan tidak membeli kurma dari apartheid Israel," ujar Joarder. Ia merujuk pada gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi tanpa kekerasan yang dipimpin Palestina.

Sepanjang 2023 Israel telah membunuh setidaknya 62 warga Palestina termasuk 13 anak, setara dengan satu anak setiap lima hari. Pemerintah Israel terus menghancurkan rumah dengan jumlah yang mengkhawatirkan. Israel telah berjanji untuk memperluas pemukiman ilegal pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Organisasi hak asasi manusia terkemuka dunia mengatakan bahwa Israel melakukan kejahatan apartheid. "Tetapi negara-negara Eropa gagal menjatuhkan sanksi terhadap Israel dan menegakkan hukum internasional", tambah pernyataan FOA.

ARAB NEWS | MIDLE EAST MONITOR