Tips Memilih Cincau Bebas Formalin untuk Menu Takjil

Pekerja membuat cincau hitam di salah satu industri rumahan di Jagabaya, Bandar Lampung, Lampung, Kamis 7 April 2022. Menurut pemilik usaha, pada Ramadhan tahun ini permintaan pasar menurun 50 persen akibat kurangnya daya beli masyarakat ditambah pandemi COVID-19 yang belum berakhir. ANTARA FOTO/Ardiansyah
Pekerja membuat cincau hitam di salah satu industri rumahan di Jagabaya, Bandar Lampung, Lampung, Kamis 7 April 2022. Menurut pemilik usaha, pada Ramadhan tahun ini permintaan pasar menurun 50 persen akibat kurangnya daya beli masyarakat ditambah pandemi COVID-19 yang belum berakhir. ANTARA FOTO/Ardiansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Selain ibadah puasa, Bulan Ramadan juga identik dengan beragam olahan makanan dan minuman manis. Ada kolak, ragam olahan buah hingga olahan cincau. Saat dikonsumsi, cincau bisa memberikan sensasi dingin dan lembut di tenggorokan. Tak heran, banyak masyarakat menjadikan cincau sebagai menu takjil. Saat memilih cincau yang baik, pastikan teksturnya yang kenyal dan lembut.  

Sabab, kerap muncul kabar ada cincau berformalin. Hal itu dilakukan oleh oknum produsen yang ingin cincaunya bisa lebih tahan lama.  Melihat fenomena tersebut, mungkin sudah banyak yang tahu akan bahaya hal ini. Akan tetapi, masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cincau yang berbahaya. Dirangkum dari publikasi “Analisa Kadar Formalin pada Cincau Hitam” berikut ciri-ciri cincau yang tidak boleh dikonsumsi.

Cincau tidak mudah hancur 

Cincau merupakan produk yang memiliki karakteristik mudah rusak. Supaya tahan lama, produsen yang culas mencampur cincau dengan bahan pengawet seperti formalin. Zat itu dipakai untuk memperpanjang masa simpan dan memperbaiki tekstur.

Oleh sebab itu, jika menjumpai cincau yang tidak mudah hancur sangat dipegang maka cincau tersebut dicurigai telah dicampur dengan formalin. Cincau yang mengandung formalin akan lebih kering serta memiliki struktur lebih kesat dan licin. Untuk itu, saat membeli cincau pilihlah cincau yang mudah berair. 

Memiliki tekstur yang sangat keras

Cincau memiliki struktur yang kenyal karena mengandung senyawa polisakarida dengan karakter dapat mengikat air. Kekekenyalan cincau dipengaruhi oleh seberapa banyak polisakarida yang terkandung. Sekilas tekstur cincau sangat kenyal, namun mudah hancur saat ditekan sedikit saja. 

Jika menjumpai cincau yang seperti ini, maka dapat dipastikan cincau tersebut sudah ditambah bahan pengawet. Pengawet berupa boraks yang berfungsi sebagai pengawet. Serta dapat memperbaiki tekstur cincau hingga lebih kenyal dan disukai konsumen.

Warna hitam pekat

Meskipun sekilas terlihat hitam, sebenarnya cincau tersebut berwarna cokelat di ujungnya. Hal itu biasanya terjadi pada cincau hitam, karena terbuat dari bahan bahan yang alami. Cincau yang memiliki warna yang hitam pekat dicurigai sudah mengandung pengawet. 

Untuk itu, dianjurkan merendam cincau selama 30 menit dalam air bersih. Jika air rendaman berwarna hitam sangat pekatan, cincau hitam tersebut berpotensi ditambah pewarna tekstil. Tentunya bisa berdampak buruk jika sudah dicerna oleh tubuh. Cincau hitam yang bagus memiliki warna hitam yang mengkilap dan tembus pandang.

Buat kamu para pecinta cincau harus lebih teliti saat membelinya. Supaya kamu terhindar dari cincau yang berbahaya, kamu bisa membelinya di market-market besar atau membeli cincau yang diproduksi pabrik. Sebab supermarket hanya akan menerima cincau dari pabrik yang sudah resmi.

Akan tetapi, kalau kalian ingin membelinya di pasar juga tidak masalah. Namun kalian harus lebih jeli lagi untuk memperhatikan ciri-cirinya. Ambil cincau sedikit, lalu coba tekan untuk tes tekstur dan warna. Hal itu sebagai antisipasi membeli cincau berbahaya.  

KHUMAR MAHENDRA

Pilihan Editor: Duloh Pelaku Serial Killer Bersama Wowon, Dikenal Sebagai Abah Soleh Peagang Cincau

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.