Perbedaan Krusial Metode Hisab dengan Hilal untuk Menentukan 1 Ramadan

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Ilustrasi menunggu buka puasa. TEMPO/Subekti.
Ilustrasi menunggu buka puasa. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta -Menjelang bulan suci Ramadan kerap terdapat perbedaan pandangan terkait penentuan awal puasa atau tanggal 1 Ramadan. Perbedaan dari beberapa pihak ini terjadi lantaran mereka tidak menggunakan metode perhitungan yang sama. 

Baca : Muhammadiyah Setia Pakai Metode Hisab untuk Penentuan 1 Ramadan, Apa Itu Hisab?

Biasanya, dua metode perhitungan yang umum dipakai adalah metode hisab dan metode hilal. Berikut perbedaan antara metode hisab dan hilal yang biasanya ramai diperbincangkan saat mendekati awal puasa bulan Ramadan di Indonesia. 

Apa Itu Metode Hisab? 

Dikutip dari buku Pedoman Hisab Muhammadiyah, kata “hisab” mulanya berasal dari kata Arab al-hisab. Secara harfiah berarti perhitungan atau pemeriksaan. Dalam hadis, istilah hisab ini lebih banyak dipakai untuk arti perhitungan pada Hari Kemudian. 

Sedangkan dalam fikih yang menyangkut penentuan waktu-waktu ibadah, hisab digunakan dalam arti perhitungan waktu dan arah tempat. Ini biasanya untuk kepentingan pelaksanaan ibadah, seperti penentuan waktu salat, puasa, Idul Fitri, waktu haji, dan lainnya. 

Ringkasnya, metode hisab merupakan metode perhitungan waktu yang mengacu pada posisi geometris benda-benda astronomi. Benda langit itu seperti misalnya, matahari, bulan, dan bumi. 

Penentuan waktu hisab yang mengaplikasikan posisi geometris benda-benda langit ini dipelajari dalam ilmu haiah. Atau, istilah astronomi dalam bahasa Yunani dikenal juga sebagai ilmu falak. 

PP Muhammadiyah memang kerap memakai hisab. Dilansir dari Balitbangdiklat.kemenag.go.id, metode hisab dipilih lantaran dianggap lebih mendekati kebenaran dan lebih praktis untuk penentuan awal puasa Ramadan. 

Penentuan Awal Puasa dengan Metode Hilal 

Berbeda dengan metode hisab, metode hilal merupakan penampakan bulan baru atau sabit yang merupakan penanda dimulainya bulan baru dalam kalender Hijriah. Melalui metode ini, awal puasa Ramadan bisa ditentukan apabila hilal telah memenuhi kriteria imkanur rukyah. Pun kemungkinan hilal sudah terlihat. 

Kriteria yang demikian bisa diambil kesimpulan apabila kenampakan hilal telah berada di ketinggian dua derajat. Dikutip dari laman Nu Online, setidaknya terdapat tujuh dasar hukum yang mendasari dilakukannya metode rukyatul hilal untuk masukan pergantian bulan termasuk 1 Ramadan. Beberapa di antaranya, yaitu hadis muttafaq ilaihi, kitab fathul qodir fiqh madzhab hanafi, bughyatul mustarsyidin, dan lainnya.  

HARIS SETYAWAN
Baca juga : HMW: Penetapan Awal dan Akhir Ramadan, Momentum Kuatkan Ukhuwah

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.