Mengenal Zaid bin Tsabit, Orang Pertama yang Menulis dan Mencatat Wahyu

Sutrisno (54 tahun membaca Alquran di Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi, 2 Juli 2022. Di bawah sistem kuota yang digunakan Arab Saudi, waktu tunggu untuk dapat menunaikan haji bagi calon jemaah di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, mencapai 35 tahun. REUTERS/Mohammed Salem
Sutrisno (54 tahun membaca Alquran di Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi, 2 Juli 2022. Di bawah sistem kuota yang digunakan Arab Saudi, waktu tunggu untuk dapat menunaikan haji bagi calon jemaah di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, mencapai 35 tahun. REUTERS/Mohammed Salem

TEMPO.CO, Jakarta - Ilmu kepenulisan merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW. Bagi Rasulullah kepandaian menulis dapat menguatkan dan menjaga ilmu. Zaid bin Tsabit dikenal akan kepandaiannya dalam hal menulis. 

Mengutip dari buku berjudul ‘Zaid bin Tsabit’ yang ditulis oleh Shafwan Adnan Dawudi, Zaid mulai belajar menulis saat usianya masih dua tahun, karena kemahirannya tersebut Zaid bin Tsabit dipilih oleh Rasulullah SAW, untuk menjadi penulis wahyu. Tugas tersebut merupakan sebuah kemuliaan bagi Zaid, Ia mengerjakan tugas tersebut dengan amanah dan penuh keikhlasan. 

Baca: Memahami Perbedaan Mushaf dengan Alquran Sebagai Wahyu

Dalam sebuah kitab juga dijelaskan bahwa Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib juga merupakan penulis wahyu. Apabila keduanya tidak sedang berada didekat Rasulullah, akan digantikan oleh Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit. 

Kecerdasan Zaid bin Tsabit juga membuatnya ditunjuk sebagai ketua pengumpulan AlQuran di masa khalifah Abu Bakar, sebab saat itu banyak para penghafal AlQuran terbunuh. 

Tak hanya itu dimasa Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit juga ditunjuk sebagai ketua penyusunan mushaf Utsmani, dimana pada masa itu guna menyelesaikan perpecahan akibat perbedaan dialek dibuatlah mushaf Utsmani dengan tujuan penyeragaman dialek dalam proses pembukuan AlQuran. 

Zaid bin Tsabit juga memiliki banyak sekali keistimewaan, salah satunya adalah Allah menganugrahkan kepadanya ilmu waris atau faraidh dimana ilmu ini berkaitan dengan kematian dan juga kehidupan.

Di masa tuanya, pencatat Alquran itu lebih memfokuskan diri untuk memperbanyak ibadah, mengajarkan ilmunya dan senantiasa belajar. Hingga pada usia 56 tahun, Zaid bin Tsabit menghembuskan nafas terakhirnya, hingga membuat seluruh sahabat menangis akan kepergiannya. 

MELINDA KUSUMA NINGRUM 

Baca: Wakaf Alquran, Pastikan Bahan Bakunya Halal   

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.