Ada Hajar, Perempuan Kuat dalam Kisah Idul Adha

Peziarah Muslim mengelilingi Kakbah dan berdoa di Masjidil Haram di kota suci  Mekah, Arab Saudi, Jumat, 1 Juli 2022. Arab Saudi menyambut kembali para peziarah untuk musim haji 2022, setelah kerajaan melarang pelancong asing selama dua tahun terakhir karena pandemi penyakit coronavirus (COVID-19). REUTERS/Mohammed Salem
Peziarah Muslim mengelilingi Kakbah dan berdoa di Masjidil Haram di kota suci Mekah, Arab Saudi, Jumat, 1 Juli 2022. Arab Saudi menyambut kembali para peziarah untuk musim haji 2022, setelah kerajaan melarang pelancong asing selama dua tahun terakhir karena pandemi penyakit coronavirus (COVID-19). REUTERS/Mohammed Salem

TEMPO.CO, JakartaIdul Adha dirayakan pada hari terakhir ziarah haji tahunan ke Mekah, kota paling suci dalam Islam, di barat Arab Saudi. Di balik hari suci ini, ada Sayyidatina Hajar RA atau Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim dan ibu dari Nabi Ismail.

Mengutip laman kemenag.go.id dalam artikel berjudul Memetik Spirit Siti Hajar, sosok perempuan ini dikenal sebagai seorang yang terlahir dengan spirit perlawanan terhadap segala sekat yang membatasi dan mengungkung dirinya. Begitu pula berkat kepribadiannya, yang kegigihan dan pengorbanannya menciptakan sejarah besar dalam peradaban Islam, yaitu peristiwa sa'i yang menjadi rukun dari haji dan umrah.

Hajar dan Ismail dikisahkan menempati padang pasir tandus. Tak ada makanan dan pepohonan untuk berteduh. Ia hanya punya sekantong air yang mulai menipis, bahkan minuman itu mulai habis padahal ia memerlukannya untuk bertahan hidup.

Perintah Allah membuat Nabi Ibrahim meninggalkannya bersama Ismail AS di lembah tandus tak berpenghuni bernama Bakkah, Makkah, atau Mekah yang terletak di bagian barat Arab Saudi. 

Layaknya apa yang diceritakan oleh Ibnu Abbas, Siti Hajar kehabisan air minum sampai tidak dapat menyusui Nabi Ismail. Namun Hajar tak menghujat Allah, ia menerima semuanya dengan ikhlas.

Hajar dalam Sai

Sebagai ibu yang bertanggung jawab, Hajar memutar otaknya untuk menyelamtkan diri dan anaknya. Ia mencoba mencari air sembari berlari-lari kecil antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. lari-lari kecil di antara dua bukit ini menjadi ritual sai dalam haji dan umrah.

Pada putaran ketujuh ia mulai kelelahan, namun Ismail AS masih meronta. Tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dari lembah tempat dia meninggalkan Ismail. Ia kemudian berlari kembali menuju sang buah hati dan mendapati mendapati adanya mata air memancar dekat Ismail berbaring. Ia berteriak penuh suka cita, "Zummi, zummi (berkumpullah air, berkumpul!)."

Faktanya, lembah itu dikenal gersang namun tiba-tiba ia mempunyai persediaan air yang melimpah. Lembah itu hingga saat ini terkenal dengan Kota Mekkah. Kota itu menjadi makmur dan dikenal dengan air zam-zamnya sampai saat ini.

Bahkan dalam catatan Tempo pada artikel berjudul Rahasia di Balik Zam-zam yang Tidak Pernah Habis, mencatat bahwa zaman di saat Nabi Ismail baru lahir berkisar 1910 SM. Artinya usia sumur zam-zam telah berusia 4000 tahun. 

Jurnal berjudul Manfaat Mengonsumsi Air Zam-zam Dalam Perspektif Islam dan Sains, menulis bahwa air zam-zam mengandung elemen ion positif sebanyak 34 elemen. Setiap kandungan elemen ini memiliki peranan utama terhadap fungsi vital sel pada tubuh manusia seperti mencegah penyakit kanker dan mencegah karies gigi.

Kota Mekah menjadi tujuan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia dengan fasilitas yang cukup selama melakukan ibadah haji maupun umrah.

FATHUR RACHMAN

Baca juga: Hari Terbesar Kedua Bagi Umat Islam, Inilah Asal Muasal Idul Adha