Bagaimana Sejarah Penamaan Hari Arafah?

Reporter

Editor

Nurhadi

Jemaah haji berdoa di Jabal Rahmah saat wukuf di Padang Arafah, Mekah, Arab Saudi, 8 Juli 2022. REUTERS/Mohammed Salem
Jemaah haji berdoa di Jabal Rahmah saat wukuf di Padang Arafah, Mekah, Arab Saudi, 8 Juli 2022. REUTERS/Mohammed Salem

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah haji, hari Arafah merupakan puncak rangkaian kegiatan haji. Pada hari itu, jemaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Sementara yang tidak melaksanakan ibadah haji disunahkan untuk melakukan Puasa Arafah.

Berkaitan dengan makna hari Arafah, para ulama memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dikutip dari islam.nu.or.id, secara harfiah, beberapa ulama memaknai hari Arafah sebagai hari pengetahuan. Pemaknaan ini berasal dari bahasa Arab, arafa, yang berarti tahu atau mengetahui. 

Beberapa ulama lain berpendapat bahwa penamaan hari Arafah juga memiliki arti bau harum. Maksudnya, dengan melaksanakan ibadah haji di Arafah atau Puasa Arafah, umat Muslim menunjukkan keinginan menghapus segala dosa dan upaya untuk mendapatkan surga yang harum di sisi Allah SWT.

Masih dikutip dari sumber yang sama, setidaknya ada delapan alasan penamaan tanggal 9 Dzulhijjah sebagai hari Arafah. Pertama, hari Arafah menjadi momen ketika Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu kembali di Padang Arafah setelah dikeluarkan dari surga. Pada hari itu pula, Adam dan Hawa menjadi tahu (arafa) antara satu dan lain. 

Kedua, Malaikat Jibril dipercaya mengajarkan tata cara pelaksanaan ibadah haji pada Nabi Adam. Ketika ditanya oleh Jibril, Adam menjawab bahwa ia sudah tahu (arafa). Ketiga, hari Arafah menjadi penanda ketika Nabi Ibrahim mengetahui (arafa) kebenaran mimpi tentang menyembelih anaknya, Nabi Ismail

Keempat, Malaikat Jibril hendak mengajarkan Nabi Ibrahim perihal tata cara rangkaian ibadah haji, terkhusus ibadah tawaf. Sama dengan Nabi Adam, ketika ditanyai oleh Jibril, Ibrahim menjawab sudah tahu atau mengerti.

Kelima, hari Arafah menjadi hari pertemuan antara Nabi Ibrahim dengan anak dan istrinya setelah beberapa tahun meninggalkan Mekah untuk bepergi ke Syam. Keenam, Nabi Ibrahim mendapatkan mimpi tentang penyembelihan Nabi Ismail. Ketujuh, dinamai Arafah karena jemaah haji sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah.

Kedelapan, Allah memberitahukan (yata’arrafu) dan memberikan kabar gembira mengenai pengampunan dan pemberian rahmat kepada para jemaah haji. 

ACHMAD HANIF IMADUDDIN

Baca juga: Inilah Keistimewaan Puasa Arafah