TEMPO.CO, Jakarta - Anda sudah bermaaf-maafan setelah Idul Fitri? Memaafkan merupakan upaya untuk menerima dan melupakan kesalahan-kesalahan yang telah berlalu.
Memaafkan orang yang meminta maaf maupun
memaafkan begitu saja, menurut psychologytoday.com,
dapat membantu seseorang untuk lebih fokus terhadap kondisi saat ini dan masa depan.
Hal itu membuat memaafkan menjadi tindakan yang tidak hanya baik secara moral, tetapi secara psikologis juga sangat dianjurkan. Meski begitu, memaafkan tidak mudah dilakukan.
Beberapa faktor menjadi penyebab di balik sulitnya seseorang memberikan maaf. Sebagaimana dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah faktor-faktor yang membuat seseorang sulit untuk memaafkan:
Takut Terluka Kembali
Kesalahan atau luka merupakan hal yang melatarbelakangi suatu permintaan maaf. Namun, ingatan akan kesalahan atau luka itu sering kali justru membuat maaf menjadi sulit untuk diberikan.
Sebagaimana dilansir psych2go.net, salah satu faktor terbesar yang menyebabkan seseorang takut memaafkan kesalahan adalah ketakutan akan terulangnya kembali kesalahan itu. Walau demikian, ketakutan ini dapat hilang seiring berjalannya waktu.
Emosi Tak Terkendali
Suatu kesalahan tidak hanya menimbulkan luka, tetapi juga emosi yang berkepanjangan. Emosi itu bermacam-macam, mulai dari kesal, kecewa, hingga kemarahan. Dilansir dari voi.id, emosi-emosi yang ditimbulkan oleh kesalahan masa lampau merupakan salah satu faktor besar yang menyebabkan seseorang sulit untuk memaafkan. Alih-alih merendahkan hati dan memaafkan, orang yang masih dikuasai emosi justru tenggelam ke dalam kebencian yang berkepanjangan.
Naluri Alamiah
Kecenderungan seseorang yang sulit untuk memaafkan faktanya merupakan sebuah naluri ilmiah. Sebagaimana dilansir dari psychologytoday.com, evolusi membuat manusia selalu mempertahankan dari segala bentuk ancaman, terutama ancaman yang pernah melukainya pada masa lalu.
Naluri yang merupakan produk evolusi membuat seseorang menjadi sulit memaafkan suatu kesalahan. Sebab, kesalahan pada masa lampau dideteksi sebagai ancaman yang dulu pernah melukai. Sehingga, alih-alih memaafkan, seseorang justru memasang “mode siaga” apabila dihadapkan dengan kesalahan yang serupa terjadi pada masa lampau.
Baca juga: Segudang Manfaat Meminta Maaf Saat Idul Fitri
BANGKIT ADHI WIGUNA