Mengapa Ada Takbiran di Malam Terakhir Bulan Ramadan?

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Ilustrasi malam takbiran. Robertus Pudyanto/Getty Images
Ilustrasi malam takbiran. Robertus Pudyanto/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta – Malam hari sebelum menuju salat Idul Fitri, aktivitas umat muslim biasa diisi dengan menggelar takbiran.

Lafadz “Allahuakbar allahuakbar allahuakbar lailahailallahu wallahuakbar. Allahuakbar wa lillah ilhamdu” terdengar santer di masjid-masjid dan bahkan, di jalan raya saat takbir keliling. Lantas, mengapa ada takbiran di malam terakhir bulan Ramadan?

Mengutip laman Muslim.or.id, dalam surat Al-Baqarah ayat 185, Allah telah berfirman agar umat Islam bertakbir setelah berpuasa Ramadan. Arti dari ayat tersebut yakni, “…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.”

Selain itu, diriwayatkan dari Ibn Abi Syaibah, Nabi Muhammad SAW keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir sampai tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai salat selesai. Setelah menyelesaikan salat, beliau menghentikan takbir (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 5621).

Setiap daerah memiliki tradisi sendiri dalam mengumandangkan takbir. Tradisi yang sering ditemui yaitu pawai sambil membawa lampion ataupun obor. Biasanya terdapat lomba pawai atau takbir keliling antar pengajian atau antarkelurahan. Kemudian seragam yang dipakai pun bervariasi dan biasanya membawa maskot takbiran.

Tahun 2020 dan 2021 lalu, tradisi pawai atau takbiran keliling jarang atau bahkan tidak ditemukan karena adanya pandemi Covid-19. Namun, tahun ini takbir keliling mulai diadakan kembali. Hanya saja, tetap ada penyesuaian di berbagai tempat agar tetap meminimalisasi penularan COVID-19.

VIOLA NADA HAFILDA
Baca juga : Menteri Agama Atur Pengeras Suara Masjid, Ada soal Azan dan Takbiran