Kisah Mualaf di Inggris Jalani Ramadan

Reporter

Sarah Haddada, warga Inggris yang jadi mualaf. Birminghammail.co.uk
Sarah Haddada, warga Inggris yang jadi mualaf. Birminghammail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Sarah Haddada, 28 tahun, yang berasal dari Kota Rubery, Inggris, bertemu suaminya Nabil Haddada di Maroko. Semenjak menikah pada 2019, dia pindah agama menjadi seorang muslim.

Sarah sudah 10 tahun bekerja sebagai tenaga kesehatan unit gawat darurat di Inggris. Sebagai seorang mualaf, dia selalu merasa perlu menyesuaikan diri saat masuk bulan ramadan, yakni antara menjalankan tugasnya sebagai tenaga medis di garda depan dan kewajiban berpuasa.

Penyeimbangan diri ini, sebenarnya sudah dilakukannya sejak beberapa tahun terakhir atau saat Inggris berjuang melawan wabah Covid-19. Sarah menyebut, saat bulan ramadan upaya untuk menyeimbangkan diri jauh lebih sulit.

Kendati begitu, Sarah selalu merindukan bulan ramadan. Sebab ini menjadi momentum baginya untuk menumbuhkan keimanannya dari tahun ke tahun.

Sebagai tenaga kesehatan di layanan telepon gawat darurat 999, Sarah dihadapkan pada jam kerja (shift) yang tidak teratur dan jam kerja yang panjang. Ketika dihadapkan pada tanggung jawab untuk berpuasa ramadan, yang tanpa makan dan minum hingga 12 jam, maka ini akan sangat menantang.      

“Saya terkadang bekerja mulai dari tengah malam hingga pukul 12 siang. Saya mengakalinya dengan menyusun rencana supaya saya tetap bisa berbuka puasa di sela-sela jam kerja saya yang padat,” kata Sarah.

Ramadan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Islam. Selama bulan ramadan, umat Islam wajib menjalankan ibadah puasa, yakni menahan diri untuk tidak makan dan minum selama 30 hari.

Dalam wawancara dengan BriminghamLive, Sarah mengatakan dia sudah belajar puasa sebelum pindah agama menjadi seorang muslim. Sebab dia merasakan ada pengalaman spiritualitas dalam berpuasa.

“Tiga tahun sebelum saya pindah agama menjadi seorang muslim, saya sudah ambil bagian berpuasa ramadan. Saya merasa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan dan sekarang saya lebih mendalami Islam,” kata Sarah.

Sarah mengaku sangat menantikan ramadan karena ini bisa membersihkan hati dan menjadi awal yang baru. Setiap tahun pun, dia merasa imannya menguat dan semakin dekat dengan Allah SWT.

     

Sumber: birminghammail.co.uk

Baca juga; Kisah Petinju Cassius Marcellus Clay Menjadi Muhammad Ali

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.