Ngabuburit di Masjid Agung Bula Maluku, Asidah Disukai untuk Takjil Buka Puasa

Reporter

Editor

Bram Setiawan

Pedagang takjil sedang melayani pengunjung yang membeli dagangan mereka untuk berbuka puasa di kawasan Masjid Agung Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku Rabu, 20 April 2022. TEMPO/Taufik Rumadaul
Pedagang takjil sedang melayani pengunjung yang membeli dagangan mereka untuk berbuka puasa di kawasan Masjid Agung Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku Rabu, 20 April 2022. TEMPO/Taufik Rumadaul

TEMPO.CO, Jakarta - Sore itu, selepas waktu Asar, para pedagang takjil mulai menjajakan penganan dan minuman di kawasan Masjid Agung Bula, Seram Bagian Timur, Maluku, pada Rabu, 20 April 2022. Suasana sore yang rutin selama Ramadan.

Pengendara yang kebetulan melintasi wilayah itu tak jarang menepi sejenak untuk berbelanja. Kawasan Masjid Agung Bula memang biasa dikunjungi untuk jalan-jalan sore menjelang waktu buka puasa atau ngabuburit.

Kuliner asidah

Waktu menunjukkan pukul 17.30 WIT. Suasana makin ramai orang berbelanja. Ada berbagai penganan yang dijajakan pedagang, antara lain kue lontar, kue tar labu, pisang goreng, risoles. Tapi, yang identik penganan khas Ramadan, asidah.

"Nikmat sekali berbuka (makan) asidah,” kata Aldi, salah satu pembeli.

Kue Asidah. Foto: Tokopedia

Asidah tergolong kuliner yang dipengaruhi budaya Timur Tengah. Di Maluku, saat Ramadan banyak pedagang menjajakan asida. Hampir setiap lapak pedagang takjil ada asida di atas meja. Suasana itu berbeda jika selain Ramadan yang tak banyak orang berjualan asidah di mana-mana.

Asida penganan manis beraroma rempah. Sekilas rasa mirip seperti dodol. Tapi, asida teksturnya lembut, tidak lengket di mulut. Pedagang takjil biasanya menjajakan asidah harganya Rp5 ribu.

Berbagai minuman seperti umumnya, es buah dan cendol dawet pun ada. “Saya lebih suka (berbuka puasa) yang segar dan manis,” kata Sahabudin yang membeli cendol dawet untuk berbuka.

Ramadan tahun ini ketika kasus Covid-19 melandai, suasana lebih ramai dibandingkan pada 2021 saat merebak varian Delta. Tak hanya pengunjung yang ramai, jumlah pedagang pun meningkat. Siti, 33 tahun, sudah empat kali Ramadan berjualan di kawasan Masjid Raya Bula. Tahun ini, kata dia, lebih laris dibandingkan dua kali Ramadan sebelumnya.

Siti menceritakan, pengalaman dua tahun lalu dagangannya tak habis terjual habis. “Tahun ini semuanya diborong habis, Laku semua,” katanya.

Sinar merah matahari perlahan mulai lenyap di ufuk barat. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.15 WIT. Menjelang waktu buka puasa, suasana tak lagi ramai. Pedagang pun mulai membereskan lapak dagangannya.

TAUFIK RUMADAUL

Baca: Ngabuburit di Pasar Ramadan Warga Transmigran Desa Suka Maju, Rokan Hulu, Riau

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.