Nuzulul Quran di Bulan Ramadan: Menengok Proses Pencetakan Al Quran

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Ilustrasi orang mengaji / membaca Al Quran. REUTERS
Ilustrasi orang mengaji / membaca Al Quran. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta -Al Quran sebagaimana kumpulan kata dan kalimat firman Allah SWT yang suci dan mulia.

"Cetakan kitab suci umat Islam harus bebas dari setitik kesalahan, baik huruf maupun tanda baca. Agar salinan Al Quran yang dicetak bebas dari kekeliruan, baik sengaja maupun tidak sengaja," demikian dikutip dari laman Kemenag Senin 18 April 2022.

Percetakan Al Quran Terbesar

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memiliki percetakan Al Quran terbesar di dunia yang terletak di Madinah. Percetakan itu menerapkan sejumlah prosedur sangat detail sebelum satu buah Al Quran dicetak dalam jumlah banyak.

Juru Bicara Percetakan Al Quran King Fahad, Saleh Al-Husain, menjelaskan sebelum percetakan Al Quran dalam jumlah masal, lima langkah dasar yang harus dilakukan tim dalam mercetak. Dimulai dari membuat naskah seperti saat pertama kali Al Quran ditulis pada zaman Khalifah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

“Pertama, kita buat salinan naskah Al-Quran yang ditulis hanya dengan huruf Arab tanpa satu pun tanda baca, atau sama persis seperti mushaf Al Quran pertama di zaman Khalifah Utsman bin Affan,” kata Saleh.

Tahapan Percetakan Al-Quran

1. Naskah Al Quran tanpa tanda baca dan tanda huruf tersebut dicetak lembar demi lembar untuk diperiksa oleh sebuah tim yang bertugas menemukan kemungkinan kesalahan huruf dan melaporkannya kepada tim lain yang bertanggung jawab untuk mengoreksi kekeliruan tersebut.

Naskah tanpa tanda huruf, tanda baca dibuat seperti salinan Al-Quran pada zaman Utsman bin Affan radliallahu ‘anhu sebagai langkah pertama untuk memeriksa naskah Al-Quran yang akan dicetak dalam jumlah banyak.

2. Naskah salinan Al-Quran dicetak dengan tanda baca berupa titik untuk membedakan antara huruf Arab yang satu dengan lainnya. Naskah ini juga dicetak per lembar dan diperika oleh sebuah tim khusus.

3. askah salinan Al-Quran dicetak dengan harakat (tanda baca) untuk membedakan bacaan panjang dan pendek, atau suara yang harus ditahan, seperti tanda baca mad, tasjid, dan sukun.

4. Naskah salinan Al-Quran dengan tanda wakaf atau tanda untuk memberi tahu pembaca Al-Quran tempat di mana harus berhenti dan memulai membaca agar bacaan Al-Quran sesuai dengan kaidah yang benar.

5. Naskah salinan Al-Quran dengan membubuhkan nomor ayat dan tanda juz pada bagian dalam Al-Quran.

Pemeriksaan seluruh naskah salinan Al-Quran dilakukan secara manual dan elektronik sehingga tim akan segera mengetahui letak kesalahan dan dapat ditangani dengan cepat.

Berikutnya: Setelah langkah-langkah pemeriksaan tersebut dilewati...