Pertandingan Bundesliga Dihentikan Sejenak Agar Pemain Bisa Batalkan Puasa

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

Pemain Metz, Moussa Niakhate, membatalkan puasa saat bertanding melawan Augsburg, 6 April 2022. (Twitter/@DLF_Sport)g
Pemain Metz, Moussa Niakhate, membatalkan puasa saat bertanding melawan Augsburg, 6 April 2022. (Twitter/@DLF_Sport)g

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pertandingan Bundesliga Jerman dihentikan agar bek klub Mainz, Moussa Niakhate, bisa membatalkan puasa Ramadan-nya.

Pertandingan liga Jerman yang digelar di WWK Arena pada 6 April 2022 antara Mainz dan Augsburg, dihentikan wasit Matthias Jollenbeck saat memasuki waktu Mahgrib agar Niakhate bisa membatalkan puasanya dengan minum.

Setelah permainan dihentikan pada menit ke-65, Niakhate terlihat minum dari dua botol. Bek Prancis itu kemudian berlari ke Jollenbeck untuk berterima kasih atas isyarat itu sebelum pertandingan dilanjutkan.

Menurut Insider, 13 April 2022, ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Bundesliga bahwa pertandingan dihentikan untuk memungkinkan seorang pemain berbuka puasa Ramadan.

Jollenbeck bukan satu-satunya wasit Bundesliga yang menghentikan pertandingan pekan lalu untuk mengizinkan pemain Muslim berbuka puasa.

Dalam kemenangan RB Leipzig atas Hoffenheim pada Minggu, 10 April 2022, wasit Bastian Dankert juga menghentikan permainan selama beberapa menit untuk mengizinkan Mohamed Siamakan minum.

Lutz Michael Frohlich, yang merupakan direktur komunikasi untuk Komite Wasit Jerman, mengatakan bahwa dia telah memberikan persetujuannya kepada ofisial menghentikan pertandingan untuk memungkinkan para pemain berbuka puasa selama Ramadan.

“Tidak ada instruksi umum dalam hal ini, tetapi tentu saja kami mendukung wasit kami yang mengizinkan istirahat minum seperti itu selama Ramadan atas permintaan para pemain,” katanya, seperti dikutip Sportsmail.

Praktik menghentikan permainan untuk memungkinkan pemain Muslim berbuka puasa menjadi semakin umum di liga sepak bola elit Eropa, sebagian didorong oleh meningkatnya jumlah bintang dari negara-negara mayoritas Islam yang bermain di Eropa.

Di Liga Inggris musim lalu, para pemain terpaksa menghentikan pertandingan antara Leicester City dan Crystal Palace agar Wesley Fofana dari Leicester, yang beragama Islam, bisa berbuka.