203 Tahun Masjid Agung Bangkalan Sejak Dibangun Sultan Kadirun

Reporter

Masjid Agung Bangkala. Foto/twitter
Masjid Agung Bangkala. Foto/twitter

TEMPO.CO, JakartaBangkalan merupakan Kota di Madura Provinsi Jawa Timur. Salah satu tempat wisata religi yang terdapat di Bangkalan yaitu Masjid Agung Bangkalan.

Melansir dari Tourism Informations Center, Masjid Agung Bangkalan merupakan salah satu masjid bersejarah di Madura khususnya di kabupaten Bangkalan. Masjid ini adalah salah satu masjid warisan sejarah kerajaan Islam yang pernah ada di Madura. Melansir dari situs simas Kemenag RI, Masjid Agung Bangkalan pertama kali dibangun pada 1819 oleh Sultan R.abd Kadirun.

Pembangunan Masjid Agung Kota Bangkalan tidak dapat dipisahkan dengan sejarah awal perpindahan pusat pemerintahan kerajaan di Madura.

Masjid ini berdiri di lahan seluas 11.527 meter persegi dan luas bangunannya mencapai 3000 m2. Masjid ini mampu menampung sebanyak 5.000 jemaah. Masjid Agung Bangkalan ini menyandang nama resmi Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan, dinisbatkan kepada nama pendirinya, meskipun lebih dikenal dengan nama Masjid Agung Bangkalan.

Gaya arsitektur masjid ini mengadopsi gaya arsitektur tradisional Jawa. Sehingga atap masjid ini tidak berbentuk seperti bangunan masjid pada umumnya. 

Dikutip dari jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id, sejak ditangkap dan dibuangnya Pangeran Tjakraadiningrat ke IV yang memerintah mulai pada 1718 sampai 1745 yang disebut Sidingkap (asal kata Sido-Ing-Kaap) oleh Belanda (Kaap de Goede Hoop/Afrika), yang semula didesa Sembilangan dipindahkan ke Desa Kraton Bangkalan pada tahun 1747 dengan diawali 3 bangunan utama yang terdiri dari :

1. Bangunan Kraton (sebelah timur)
2. Bangunan Paseban (di tengah)
3. Bangunan tempat ibadah/masjid (sebelah barat)

Sejarah Masjid Agung Bangkalan

Seiring berjalannya waktu, pada 1847 pemerintahan kerajaan ini diganti dengan pemerintahan kesultanan yang dipimpin oleh Sultan R. Abd. Kadirun. Di sinilah Masjid Agung Bangkalan mulai mengalami perbaikan bangunan beberapa kali tetapi tidak mengubah akan keaslian dari bangunan itu, hingga nampak Bangunan Masjid Agung Bangkalan seperti yang sekarang ini.

Pada tahun 1950 terjadi gempa bumi yang mengakibatkan Masjid mengalami rusak berat terutama bagian muka (serambi) dan dipugar ke III oleh Bupati Tjakraningrat. Kemudian mulai tahun 1965 karena Masjid tersebut sudah tidak bisa menampung jemaahnya, terutama pada waktu sholat Jumat dan salat led, mulai timbul rencana perluasan dan dibentuklah Panitia yang terdiri dari beberapa unsur organisasi massa dengan nama Panitia Besar Pembangunan Masjid Jami Kota Bangkalan.

Penampakan Masjid Agung Bangkalan di Madura sekarang ini merupakan ide dari Ketua kehormatan Yayasan TMJKB yang dipadukan dengan prinsip-prinsip teknik arsitektur dengan mempertimbangkan kondisi bangunan yang mempunyai nilai sejarah. Dengan selesainya pemugaran ini didalam Masjid dapat menampung 6.000 jemaah dan dipelatarannya dapat digunakan salat oleh 5.000 lebih jamaah.

RINDI ARISKA

Baca: Bangkalan akan Bangun Kawasan Wisata Halal di Kaki Jembatan Suramadu

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.