Simak, Inilah Manfaat Puasa dari Sisi Psikologis

Reporter

Editor

Nurhadi

Ilustrasi puasa ramadan. TEMPO/Subekti
Ilustrasi puasa ramadan. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, JakartaPuasa tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik, namun juga bagi kesehatan mental. Apa kata ahli tentang ini? 

Dosen Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana, mengatakan ada beberapa hal yang harus dicapai seseorang ketika melakukan puasa dengan tepat untuk memperoleh manfaat puasa dari segi psikologis.

“Dengan tepat itu artinya kita menjaga kondisi kesehatan secara umum, bukan hanya mengandalkan puasa. Jadi, bukan berarti puasa itu satu-satunya cara untuk membuat ketahanan mental,” kata dia seperti dikutip dari Unair News, Kamis, 14 April 2022.

Dari segi psikologis, lanjut dia, berpuasa bisa memperbaiki mood karena hormon-hormon yang berkaitan dengan stres akan menurun. Pada saat yang sama, hormon yang berhubungan dengan rasa bahagia meningkat saat orang berpuasa. Selain itu, berpuasa bermanfaat memperbaiki kualitas tidur jika benar-benar mengikuti alarm tubuh. 

“Di saat puasa itu, kita seperti handphone yang di-factory reset. Jadi, ritme sirkadian kita yang bertanggung jawab ke jam tidur itu juga diaktifkan kembali,” ujarnya.

Atika menjelaskan berpuasa mengharuskan menahan segala jenis nafsu sehingga berguna meningkatkan kontrol diri serta kepekaan sosial. Berpuasa juga bisa memandu mengekspresikan emosi negatif dengan cara yang lebih konstruktif. Ibadah ini juga bisa melatih empati terhadap sesama.

Menurut Atika, berpuasa bisa mengasah sense of self. “Kalau betul-betul berpuasa dan berusaha untuk memahami manfaat puasa bagi tubuh, kita akan paham apa yang kita butuhkan. Jika kita bisa menindaklanjutinya, kita akan punya perasaan bahwa kita mampu mengelola diri dalam berbagai situasi,” kata Kepala Program Studi S1 Psikologi Unair itu.

Demi mendapat manfaat berpuasa secara psikologis, Atika menyarankan supaya menjaga kesehatan fisik selama berpuasa. Sebab hal itu saling berkaitan dengan psikis manusia. Penting juga menumbuhkan keyakinan terhadap manfaat berpuasa bagi diri masing-masing.

Dia menyarankan membuat jadwal aktivitas agar hari-hari selama berpuasa lebih bermakna. Selain itu, dia menekankan pentingnya menyeimbangkan waktu bersosialisasi dan bagi diri sendiri. “Kadang-kadang untuk beberapa orang nggak terasa puasa, isinya bukber setiap hari sampai lupa waktu untuk diri sendiri karena keasyikan sama teman-teman,” katanya.

Atika mengatakan berpuasa menjadi momen yang tepat melakukan refleksi mengenai hal yang selama ini sudah baik dan perlu dipertahankan, atau hal-hal lain yang perlu dikembangkan. Tentunya, refleksi merupakan proses evaluasi diri sendiri dan memperbanyak aktivitas spiritual.

Menurut dia, orang-orang akan meraih kemenangan sejati jika mampu memanfaatkan atau melakukan refleksi pada hal yang bisa dilakukan. Dengan mengenal diri, seseorang akan bisa lebih paham ke depan itu mau melakukan apa.

AMELIA RAHIMA SARI

Baca juga: 5 Manfaat Kesehatan Puasa Ramadan