TEMPO.CO, Jakarta - Pernah makan soto kudus? Soto ini biasanya disajikan dengan bahan daging kerbau. Kuahnya bening kecoklatan, rasanya gurih, agak manis karena dibubuhi kecap, dan segar lantaran ada taoge di dalamnya.
Berbeda dari kebanyakan bahan soto di Pulau Jawa yang banyak terbuat dari daging sapi atau ayam. Di luar kota asalnya, Kudus, Jawa Tengah, soto ini populer dengan bahan daging ayam.
Tak hanya soto, beberapa makanan khas Kudus terbuat dari bahan dasar daging kerbau. Di antaranya, sate kerbau dan nasi pindang. Meski berbahan daging kerbau, sate ini tidak alot. Sebelum dibakar, daging kerbau dicincang, dibumbui, lali dililit.
Soto, sate, dan nasi pindang berbahan daging kerbau bukan tanpa sebab. Menu-menu dengan bahan khusus itu ada kaitannya dengan sejarah masuknya Islam yang dibawa oleh Sunan Kudus.
Mengutip jurnal yang ditulis oleh Lance Cantles dari Yale University, Religion, politics, and economic behavior in Java: the Kudus cigarette industry, Kabupaten Kudus memiliki kultur Islam yang kuat. Tradisi Islam maupun sebelumnya masih ada dan dipertahankan oleh masyarakatnya, termasuk kuliner khasnya yang menggunakan daging kerbau.
Daging kerbau banyak digunakan untuk hidangan khas Kudus berawal dari perayaan Idul Adha. Sunan Kudus menyembelih kerbau untuk ternak kurban, bukan sapi seperti lazimnya hewan kurban yang dipilih saat ini oleh masyarakat Indonesia.
Sunan memilih kerbau untuk menghormati masyarakat yang pada waktu itu beragama Hindu. Kuliner yang kini menjadi trademark Kudus itu wujud dari akulturasi agama Hindu dan Islam.