Masjid Kasunyatan Banten, Masjid Bersejarah dengan Gaya Arsitektur Serba Empat

Reporter

Editor

Nurhadi

ILustrasi Berdoa di Masjid. shutterstock.com
ILustrasi Berdoa di Masjid. shutterstock.com

TEMPO.CO, JakartaKhazanah keagamaan di Banten masih menarik untuk diperbincangkan. Misalnya pada awal perkembangan Islam terdapat Kesultanan Banten berupa Situs Banten Lama. Di antara bangunan-bangunan kuno bersejarah di dalamnya, terdapat Masjid Kasunyatan yang namanya kurang begitu populer di masyarakat. 

Jika ditelisik secara historis, masjid yang berlokasi di Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, ini berdiri sekitar 1552-1570 masehi. Rahman dalam penelitiannya berjudul Peranan Desa Kasunyatan dalam Pendidikan Islam Pada Masa Sultan Maulana Yusuf menyebutkan Masjid Kasunyatan dibangun pada masa Kesultanan Banten Pertama, Sultan Maulana Hasanuddin. 

Selama berkuasa hingga 18 tahun, Sultan Maulana Hasanuddin telah meletakkan dasar-dasar kekuasaan dan kekuatan Islam di Banten. Tak ayal, di masa kepemimpinannya Banten menjadi pusat penyebaran Islam, khususnya di Jawa Barat. Ia mendirikan Masjid Kasunyatan sebagai tempat berkumpulnya para alim ulama dari berbagai daerah di Nusantara. 

Masjid yang terletak di Jalan Raya Pelabuhan Karangantu ini mulanya disebut Masjid Al-Fatihah. Sebutan ini, seperti dikutip dari jurnal berjudul Masjid Kasunyatan Banten: Tinjauan Sejarah dan Arsitektur, karena kawasan masjid ini sebelumnya merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang menganut agama Hindu.

Dengan diberi nama Masjid Al-Fatihah yang berarti “pembuka”, dimaksudkan sebagai simbol pembuka dalam usaha penyebaran Islam di Banten. Penamaan “Kasunyatan” sendiri, menurut Husein Djajadiningrat dalam buku Tinjauan Historis Sejarah Banten (1993), merupakan salah satu bentuk penghormatan Sultan Maulana Muhammad kepada guru agamanya Kiai Dukuh yang bergelar Pangeran Kasunyatan. 

Salah satu ciri khas dari gaya arsitektur masjid yang berdiri di atas tanah seluas 2.544 meter persegi ini terdapat sejumlah unsur serba empat. Masjid Kasunyatan, seperti digambarkan oleh Alya Nadya dalam jurnal Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, memiliki empat pintu gerbang, empat pintu masjid, empat tiang besar, menara berbentuk persegi empat, kolam berbentuk bintang empat, serta kubah berbentuk empat burung. 

Filosofi daripada bangunan serba empat itu disebutkan Sultan Maulana Hasanuddin mempunyai empat perkara yang harus disebarkan, yaitu keislaman, keimanan, keihsanan, dan keikhlasan. Dipilihnya Kasunyatan untuk mendirikan masjid, antara lain karena ia memiliki empat makna juga yang dapat membimbing manusia kepada empat hal yang ingin disiarkannya. Empat makna dari Kasunyatan tersebut antara lain kesucian, kenyataan, kesunyian, dan kesepian. 

HARIS SETYAWAN 

Baca juga: Banjir Serang, Masjid Agung Kesultanan Banten Ikut Tergenang