Kolom: Crazy Rich, Bagaimana Islam Memandang Kekayaan

Reporter

 Petugas kepolisian melihat barang sitaan milik tersangka kasus dugaan penipuan investasi trading binary option lewat aplikasi Quotex Doni Salmanan di halaman Bareskrim Polri, Jakarta, Senin, 14 Maret 2022.. Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menyita sejumlah kendaraan milik Doni Salmanan diantaranya mobil Porsche, Lamborghini, enam motor gede (moge) dan satu motor trail berwarna oranye. ANTARA Reno Esnir
Petugas kepolisian melihat barang sitaan milik tersangka kasus dugaan penipuan investasi trading binary option lewat aplikasi Quotex Doni Salmanan di halaman Bareskrim Polri, Jakarta, Senin, 14 Maret 2022.. Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menyita sejumlah kendaraan milik Doni Salmanan diantaranya mobil Porsche, Lamborghini, enam motor gede (moge) dan satu motor trail berwarna oranye. ANTARA Reno Esnir

Qaris Tajudin

Direktur Eksekutif Tempo Institute

Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo

Baru-baru ini jagat maya ramai oleh obrolan tentang anak-anak muda kaya dengan kehidupan mewah yang dipamerkan di media sosial: mobil sport miliaran rupiah, rumah seluas lapangan sepakbola, liburan ke pelosok dunia, bahkan pesawat jet pribadi (meski pun belakangan diketahui bukan milik pribadi).

Ketika diskusi soal orang-orang kaya muda ini mereda, muncul topik baru yang juga bikin ramai: “Umur 30 tahun sudah punya apa?” Topik terakhir ini tidak sekadar memandang kekayaan orang lain, tapi sudah semacam tuntutan kepada para netizen untuk memposisikan diri kita dalam track lomba kekayaan tersebut. “Lu sudah ada di mana?”

Tentu, tidak salah menjadi atau berniat menjadi kaya. Kaya adalah sebuah berkah, hal yang patut disyukuri, karena tidak semua orang mendapat kesempatan yang sama. Bercita-cita menjadi orang kaya juga dapat memotivasi kita dalam bekerja. Hanya saja, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan agar hal itu tidak berbalik malah membuat kita menderita.

Di dalam Islam, kepemilikan harta dihargai hampir sama dengan nyawa. Karenanya ada perlindungan kuat untuk kepemilikan, bahkan orang yang berusaha merebut harta orang lain akan mendapat hukuman berat. Sejumlah sahabat Nabi SAW, seperti Utsman bin Affan yang kemudian menjadi khalifah ke-3, juga seorang kaya raya.

Meski demikian, Islam juga memperingatkan akan obsesi yang berlebihan pada harta, seperti yang tertuang dalam surat At-Takatsur. Obsesi yang berujung pada keresahan ini muncul dari attachment (keterikatan) yang kuat pada apa yang kita miliki. Bukan hanya harta, tapi juga anak, keluarga, pengikut, dan lain sebagainya.

Keresahan itu muncul saat kita memiliki kekhawatiran berlebih pada apa yang kita miliki. Khawatir akan kehilangan. “Kami benar-benar akan menguji kalian dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan makanan. Dan bahagialah orang-orang yang bersabar.” (Al-Baqarah: 155)

Ujian pertama bukanlah kekurangan itu sendiri. Ujian pertama dan yang paling besar, dalam ayat itu, adalah ketakutan. Ketakutan atau kekhawatiran ini muncul karena attachment yang berlebihan pada apapun yang kita miliki. Untuk mengatasinya, Allah memberikan resep di ayat berikutnya (Al-Baqarah: 156).

Di ayat tersebut dikatakan bahwa mereka yang bisa bersabar adalah orang yang menganggap apa pun yang dimilikinya adalah milik Allah. Jika hal ini bisa kita yakini, maka kehilangan bukan masalah karena kita tidak terikat pada apa yang kita miliki.

Baca juga: Arab Saudi Tawarkan Hadiah Rp 3,3 M Agar Warga Mau Olahraga Selama Ramadan