BNPT Anggap Ramadan Waktu Terbaik Perbaiki Spiritualitas

Reporter

Editor

Amirullah

Narapidana tindak pidana teorisme mengucap ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Aula Sahardjo, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 15 April 2021. Sebanyak 34 narapidana tindak pidana terorisme mengikuti ikrar setia kepada NKRI sebagai bentuk implementasi hasil akhir program deradikalisasi serta pengikat tekad dan semangat untuk menegaskan bersedia kembali membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI. ANTARA FOTO/Humas Kemenkumham
Narapidana tindak pidana teorisme mengucap ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Aula Sahardjo, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 15 April 2021. Sebanyak 34 narapidana tindak pidana terorisme mengikuti ikrar setia kepada NKRI sebagai bentuk implementasi hasil akhir program deradikalisasi serta pengikat tekad dan semangat untuk menegaskan bersedia kembali membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI. ANTARA FOTO/Humas Kemenkumham

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Ahmad Nurwakhid mengatakan Ramadan merupakan waktu terbaik untuk mereformasi diri dan akhlak, serta memperbaiki spiritualitas.

“Ramadan adalah waktu yang tepat untuk bereformasi terutama untuk mereformasi diri maupun mereformasi akhlak. Namun jika dilihat dalam konteks radikalisme dan terorisme, yang menjadi concern dan harus diperbaiki adalah spiritualitas dalam beragama dan berbangsa,” ujarnya dalam acara “Deep Talk Indonesia Serial Ramadhan” yang diselenggarakan oleh Gerakan Indonesia Optimis, seperti dikutip dalam siaran pers Pusat Media Damai BNPT, Jumat, 8 April 2022.

Menurutnya, Indonesia akan maju jika bangsa ini kuat dalam bidang intelektualitas dan spiritualitas.

“Artinya, agama akan kaffah jika didukung dengan rukun iman, rukun Islam dan rukun ihsan. Ihsan ini adalah aspek spiritualitas untuk membangun budi pekerti luhur serta membangun akhlak,” paparnya.

Nurwakhid menjelaskan bahwa akhlak dan spiritualitas adalah vaksinasi dalam melakukan deradikalisasi. Seperti diketahui, deradikalisasi adalah proses pengembalian paham radikal menjadi moderat.

Menurutnya, hal itu harus ditandai dengan berubahnya akar ideologi radikal atau ideologi takfiri dan digantikan dengan ideologi moderat.

Menurut Nurwakhid, seseorang bisa dikatakan moderat kalau mereka menonjol tidak hanya ritualitasnya saja, tetapi juga spiritualitasnya. Tidak hanya kehidupan keagamaannya saja, namun juga akhlak dan budi pekerti yang luhur yang sejatinya merupakan misi utama para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW.