Cara Atasi Gangguan Lambung saat Berpuasa Menurut Dosen FK Unair

Reporter

Editor

Nurhadi

Gangguan pencernaan macam maag, asam lambung atau GERD, sering menjadi kekhawatiran kala Ramadan.
Gangguan pencernaan macam maag, asam lambung atau GERD, sering menjadi kekhawatiran kala Ramadan.

TEMPO.CO, Jakarta - Puasa Ramadan membuat orang-orang tidak mendapatkan asupan makanan dalam kurun waktu yang cukup lama. Sehingga asam lambung bisa naik karena tidak ada makanan yang ia proses. Bagaimana cara mengatasinya?

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Muhammad Miftahussurur, mengatakan asam lambung sering naik saat puasa karena perut kosong. Ini membuat perut terasa nyeri dan sakit yang berakibat mengganggu kegiatan sehari-hari.

Dia menyarankan umat Muslim yang berpuasa untuk memperhatikan 3J (jenis, jumlah, dan jadwal) dalam memilih makanan untuk berbuka ataupun sahur. “Saya sangat sering menganjurkan kepada pasien untuk yakin, berpuasa dapat mengurangi atau bahkan menyembuhkan keluhan gangguan lambung. Asalkan dilaksanakan dengan sebenar-benarnya sesuai anjuran,” kata dia seperti dilansir Unair News, Selasa, 5 April 2022.

Agama Islam, lanjut dia, telah menuntun penganutnya agar berpuasa dengan baik dan benar. Pengaturan jadwal makan, misalnya saat berbuka dengan mendahulukan takjil. Ini dilakukan supaya tidak memberikan tekanan berlebih pada lambung yang telah beristirahat sekian jam.

Setelah itu, baru diikuti makan besar yang tidak terlalu kenyang. Terakhir, aktivitas makan ditutup dengan sahur. “Kebiasaan-kebiasaan yang sering menjadi permasalahan (adalah) tidak sahur, makan sebelum tidur, sehingga gangguan lambung menjadi kambuh,” kata Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi, dan Informasi Unair itu. 

Miftah melanjutkan, beberapa makanan juga bisa mempengaruhi lambung. Contohnya, makanan pedas dan masam bisa memberikan iritan secara langsung pada lambung. Selain itu, susu dan santan bisa memperlambat peristaltik usus untuk mengosongkan makanan.

“Kita juga mengenal makanan yang menghasilkan banyak gas. Dalam istilah Jawa dikenal dengan polo pendem, seperti kacang-kacangan, ketela, dan sebagainya,” lanjutnya.

Karena itu, komposisi makanan saat berbuka maupun sahur menjadi sangat penting. Konsumsi sayur, buah, dan air yang cukup juga menjadi hal yang penting. 

Agama Islam telah menganjurkan mengunyah makanan lebih dari 30 kali. Miftah mengatakan untuk melakukan kunyahan yang lebih banyak, terutama saat puasa, agar lambung tidak bekerja terlalu keras.

Terakhir, ia menegaskan supaya umat Muslim berpuasa sesuai esensi yang telah dianjurkan oleh agama. Dengan mengatur pola makan dan menghindari kondisi yang membuat stres, gangguan lambung saat berpuasa bisa teratasi.

AMELIA RAHIMA SARI

Baca juga: Amankah Penderita Asam Lambung Berpuasa Ramadan?