Terlewat Sahur? Puasa Ramadan Hukumnya Tetap Sah

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Ilustrasi Sahur. shutterstock.com
Ilustrasi Sahur. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta -Puasa Ramadan diawali dengan makan sahur agar saat menjalani aktivitas tubuh tidak lemas.

Selain itu, sahur juga dapat membuat umat Muslim melakukan Qiyamul Lail atau beribadah di malam hari untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Namun, apakah boleh melakukan puasa tanpa melakukan sahur? Apakah hukumnya puasa yang dilakukan tersebut?

Ustadz Irfan Supandi dalam bukunya berjudul Ensiklopedi Puasa yang diterbitkan oleh Indiva Pustaka pada tahun 2008 menulis bahwa sahur sebagai aktivitas makan dan minum di malam hari mulai tengah malam hingga sebelum subuh hukumnya adalah sunnah bagi orang yang hendak berpuasa.

Jadi, puasa yang dilakukan tanpa sahur tetap sah karena hukum sahur sebatas sunnah, bukan wajib. Tetapi, bagi Anda yang menjalani puasa sebaiknya tetap melakukan sahur untuk membantu mengatur stamina tubuh di siang hari saat sedang berpuasa.

Oleh karena itu, sahur harus diusahakan meskipun hanya dengan sesuap makanan atau seteguk air. Rasulullah saw juga memerintahkan umat Muslim untuk sahur. 

“Makan sahurlah kamu, karena dalam makan sahur terdapat berkah! (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain juga dianjurkan untuk melakukan sahur walau hanya seteguk air. 

“Bersahur itu berkah, maka janganlah kamu tinggalkan walau seseorang diantara kamu hanya seteguk air. Karena Allah dan para malaikat-Nya akan mengucapkan shalawat pada orang-orang yang bersahur,” (HR. Ahmad).

Keberkahan Sahur

Dalam kitab Is’afu Ahl al-Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan (hal. 59-60), Syekh Hasan al-Masyath menjelaskan secara logis dan sistematis hikmah di balik kesunnahan sahur tersebut. Inilah yang dimaksud dengan ‘memperoleh keberkahan’ sebagaimana hadits di atas. 

Menurutnya, Rasulullah SAW telah menganjurkan sahur, dan sebagai sunnahnya, umat Islam pun mengikutinya. Andai saja Rasulullah tidak sahur, umatnya pun akan demikian karena menganggap ‘tidak sahur’ sebagai sunnahnya.

Namun, Nabi mengerti bahwa sahur merupakan bentuk kasih sayang terhadap umatnya, sehingga beliau melakukannya dan dijadikan anjuran bagi orang yang hendak berpuasa.

Dengan sahur, maka seorang hamba akan lebih memiliki tenaga untuk melakukan aktivitas pada siang hari. Jangan sampai bulan Ramadan yang banyak dianjurkan ibadah, justru disia-siakan begitu saja karena seharian tubuh lemas sebab tidak sahur di malam harinya.

Selain itu sahur yang lebih utama dilakukan di akhir malam juga memiliki alasan tersendiri. Dilansir dari laman bisnis.com, orang yang selesai sahur akan menunggu waktu subuh tiba. Saat-saat menunggu subuh itulah bisa digunakan untuk beribadah, seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an atau pun zikir lainnya.

Dengan kata lain, pengakhiran sahur adalah upaya agar kita bisa beribadah di waktu sepertiga malam. Waktu paling istimewa untuk bermunajat kepada Allah swt. Terlebih untuk meraih malam lailatul qadar. 

NAUFAL RIDHWAN ALY
Baca: Usia Berapa Sebaiknya Anak-anak Mulai Diajarkan Puasa Ramadan?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.