Sultan Yogyakarta Geram karena Terjadi Klitih saat Ramadan, Satu Remaja Tewas

Ilustrasi penganiayaan
Ilustrasi penganiayaan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X geram karena kejahatan jalanan oleh sekelompok pelajar atau klitih kembali terjadi di awal Ramadan. Kali ini, kejahatan jalanan itu mengakibatkan seorang pelajar SMA tewas karena diserang sekelompok remaja bersepeda motor di kawasan Jalan Gedongkuning pada Senin dini hari, 4 April 2022, atau saat sahur.

"Ini jelas kasus pidana," kata Sultan HB X. "Kami harap petugas kepolisian segera menangkap dan memproses hukum pelakunya karena ini sudah berlebihan."

Kejahatan jalanan yang berulang kali terjadi di Yogyakarta ini mencuat lagi bersamaan meredanya kasus Covid-19. Kendati para pelaku klitih ini masuk kategori remaja hingga anak-anak, Sultan meminta proses hukum tetap berjalan karena sudah menimbulkan korban hingga meninggal. "Ya diproses (hukum pelaku remaja atau anak-anak) karena dia melakukan tindak pidana sampai ada korban yang meninggal," kata dia.

Sultan HB X menjelaskan, proses hukum dengan tuntas adalah satu-satunya cara supaya pelaku jera dan kejahatan serupa tidak terulang, apalagi sampai memicu rasa tidak aman di Yogyakarta. "Hanya dengan proses hukum kita bisa mengatasi persoalan klitih ini," ujar Sultan.

Raja Keraton Yogyakarta itu mendorong polisi tidak menerapkan diversi atau pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan. Dengan adanya hukuman berupa vonis pengadilan, maka dia berharap dapat memberi efek jera kepada pelaku sehingga kejadian serupa tak terulang.

Pemerintah dan petugas keamanan, menurut Sultan, tidak dapat berjalan sendiri-sendiri dalam menangani kejahatan jalanan yang seolah sudah mengakar ini. Faktor lingkungan, baik masyarakat dan orang tua para remaja pelaku kejahatan itu, kata dia, juga menjadi kunci.

Wakil Ketua DPR DI Yogyakarta, Huda Tri Yudiana mengatakan, untuk mewujudkan Yogyakarta yang aman dan bebas klitih, maka akarnya harus diberantas. "Terutama adanya geng-geng sekolah yang mengarah pada aksi ini harus dibubarkan. Sekolah wajib membina para siswa bersama orang tua," kata dia.

DPR DI Yogyakarta, Huda Tri melanjutkan, juga meminta polisi memperbanyak patroli, termasuk dengan melibatkan masyarakat. Untuk pemerintah, dia meminta agar memperbaiki penerangan di sejumlah kawasan yang rawan, terutama di jalanan Yogyakarta dan menambah titik-titik kamera pemantau alias CCTV. "Dengan begitu, orang yang hendak berbuat jahat akan berpikir seribu kali," kata dia.

Juru Bicara Kepolisian DI Yogyakarta, Komisaris Besar Yuliyanto mengatakan, peristiwa klitih pada Senin dinihari itu terjadi ketika rombongan korban dan teman-temannya selesai makan pada pukul 02.00 WIB. Mereka makan di warung angkringan kawasan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. "Selesai makan, rombongan ini berputar-putar naik sepeda motor untuk mencari angin," kata Yuli.

Sekelompok remaja yang berusia sekitar 15 tahun itu kemudian bertemu dengan teman-temannya yang lain dan mereka bergabung. "Jadi, total ada delapan orang," ujar Yuliyanto. Dalam perjalanan mencari angin itulah rombongan korban bertemu dengan kelompok pelaku kejahatan yang juga remaja berkendara sepeda motor.

Sekitar 15 orang dengan sepeda motor memenuhi jalan di kawasan Jalan Gedongkuning berhadapan dengan delapan remaja tadi. "Saat bertemu itulah, kelompok korban diserang. Teman-temannya lari menyelamatkan diri, sedangkan satu orang yang meninggal terkena pukulan benda tumpul," katanya.

Baca juga:
Antisipasi Liburan dari Bahaya Hujan Angin, Cek Prediksi Cuaca BMKG Yogyakarta

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.