Masjid Raya Bandung, dari Kubah Soekarno Hingga Lapangan Ridwan Kamil

Reporter

Suasana alun-alun dan Masjid Raya Kota Bandung di Jawa Barat, Sabtu, 18 April 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 di Bandung Raya akan diterapkan pada 22 April mendatang. ANTARA
Suasana alun-alun dan Masjid Raya Kota Bandung di Jawa Barat, Sabtu, 18 April 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 di Bandung Raya akan diterapkan pada 22 April mendatang. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Ngabuburit atau kegiatan menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada bulan Ramadan. Di Kota Bandung dan sekitarnya, ngabuburit bisa dilakukan dengan melakukan wisata religi yakni dengan mengunjungi Masjid Raya Bandung, Jawa Barat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Benny Bachtiar merekomendasikan masjid itu untuk ngabuburit sekaligus mempelajari syiar Islam di Tanah Priangan. 

Masjid Raya Bandung memiliki dua menara kembar setinggi 81 meter. Masjid yang dibangun pertama kali pada 1810 ini menjadi salah satu ikon dari Kota Bandung, terletak di dekat gedung Merdeka dan Hotel Preanger.

Sebelumnya, masjid ini bernama Masjid Agung yang dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari Krapyak. Semula, bangunan ini berbentuk panggung tradisional yang sederhana, bercorak Sunda dengan kolam besar untuk mengambil air wudu.

Pekerja mengecat ulang lantai dua Masjid Agung atau Masjid Raya Bandung, Jawa Barat, yang akan digunakan untuk beribadah para kepala negara pada peringatan KAA ke 60 nanti, 27 Maret 2015. TEMPO/Prima Mulia

Masjid yang luasnya 8.573 meter persegi ini telah belasan kali direnovasi. Menjelang Konferensi Asia Afrika pada 1955, Masjid Agung Bandung dirombak besar-besaran.

Masjid Agung Bandung mengalami perubahan total seperti bagian kubah yang sebelumnya berbentuk nyungcung atau runcing bertingkat tiga. Model kubah nyungcung membuat masjid itu disebut masyarakat dengan Bale Nyungcung yang khas Sunda.  

Presiden Soekarno mengubah kubah itu menjadi berbentuk persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang. Kubah ini hanya bertahan sekitar 15 tahun karena rusak akibat tiupan angin kencang.

Perombakan wajah Masjid Raya Bandung terus dilakukan sampai pada 2001 saat kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Nuriana. Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil yang saat itu wali kota Bandung pun punya andil dalam mengubah wajah Masjid Raya Bandung. Salah satunya dengan menjadikan area alun-alun menjadi lapangan rumput sintetis.

Baca juga: Masjid 99 Kubah Makassar Akan Digunakan Pertama Kali untuk Ibadah Ramadan