Muslim Ukraina Jalani Ramadan yang Berbeda

Reporter

Buah apel berserakan di gudang makanan yang hancur akibat serangan Rusia, di Brovary, dekat Kyiv, Ukraina, 29 Maret 2022. Gudang tersebut menyimpan 50 ribu ton makanan. REUTERS/Mykola Tymchenko
Buah apel berserakan di gudang makanan yang hancur akibat serangan Rusia, di Brovary, dekat Kyiv, Ukraina, 29 Maret 2022. Gudang tersebut menyimpan 50 ribu ton makanan. REUTERS/Mykola Tymchenko

TEMPO.CO, Jakarta - Umat muslim di Ukraina menghadapi ramadan yang sulit pada tahun ini menyusul invasi Rusia ke negara itu. Bulan ramadan yang dikenal sebagai bulan berbagi, akan dimanfaatkan untuk menggalang dana bagi mereka yang membutuhkan.

“Kami harus menyesuaikan diri dalam hal apapun,” kata Niyara Mamutova, warga Krimea Tatar, yang juga Kepala Liga Muslim Ukraina.

Anggota militer Ukraina berjaga di dekat bangkai pesawat Antonov An-225 yang hancur akibat serangan Rusia di Hostemel, Kyiv, Ukraina, 2 April 2022. REUTERS/Mikhail Palinchak

Di Ukraina, hari pertama puasa jatuh pada Sabtu, 2 April 2022. Jauh sebelum puasa, Mamutova sudah berencana untuk mengadakan acara buka puasa bersama sekolompok muslim Ukraina, yang terpisah dari keluarga mereka dan mengungsi di Islamic centre di Chernivtsi, Ukraina.

“Banyak muslim Ukraina melarikan diri ke luar negeri dan mereka yang bertahan tinggal di Ukraina, dalam kondisi yang sangat membutuhkan bantuan,” kata Mamutova.        

Invasi Rusia ke Ukraina sudah masuk pekan ke lima. Sudah lebih dari 10 juta orang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka. PBB menyebut dari jumlah itu, 4 juta warga Ukrania memilih melarikan diri ke luar negeri.       

Pemeluk Islam di Ukraina sekitar 1 persen dari total populasi. Sebagian besar warga Ukraina adalah pemeluk Kristen Orthodox.

  

Sebelum perang berkecamuk, Ukraina menjadi tuan rumah bagi lebih dari 20 ribu warga negara Turki, yang merantau ke sana. Persiapan ramadan 2022, sulit dan penuh emosional karena bom menghujani Ukraina.

Jam malam diberlakukan di Ukraina sehingga warga Ukraina tidak bisa keluar rumah pada sore hari ketika biasanya keluarga berkumpul untuk berbuka puasa bersama setelah seharian berpuasa. Perang telah membuat warga harus tinggal jauh dari tempat asal mereka. Untungnya, masyarakat sekitar dan rekan-rekan mereka saling menguatkan sehingga membuat umat muslim Ukraina bertekad membuat ramadan tahun ini tetap berkesan.

“Kita harus bersiap melakukan yang terbaik demi mendapatkan ampunan dari Allah SWT, mendoakan anggota keluarga, mendoakan kebaikan untuk diri sendiri, negara dan Ukraina,” kata Mamutova.      

Sumber: aljazeera.com

Baca juga: Kontributor Reuters di Ukraina Gugur di Medan Perang

  

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.