TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Agama akan melaksanakan Sidang Isbat 2022 pada Jumat petang, 1 April 2022. Sidang untuk menetapkan 1 Ramadan 1443 Hijriah itu dilakukan tiap tahun. Lalu bagaimana sejarah sidang Isbat?
Pengamat Meteorologi dan Geofisika, Iqbal Tawakal, dalam tulisannya bertajuk Kilas Balik Penetapan Awal Puasa dan Hari Raya di Indonesia mengungkapkan, sebelum merdeka, penetapan awal bulan Qomariyah antarorganisasi Islam di Indonesia tak dilakukan dengan sidang Isbat. Tetapi ditentukan oleh ketua adat masing-masing.
Kemudian pada 4 Januari 1946, sehari setelah didirikan, Kemenag diminta untuk menentukan Idul Fitri dan Idul Adha. Namun, penentuan oleh Kemenag tidak diterima oleh umat Islam.
Dikutip dari berbagai sumber, pada Agustus 1972, pemerintah membentuk Badan Hisab Rukyat (BHR). Pembentukan BHR ini bertujuan menyeragamkan pemahaman awal bulan Hijriah.
BHR juga bertugas melakukan berbagai penelitian dan pengembangan terkait pelaksanaan ibadah umat Islam. Untuk memberikan pandangan dari sisi ilmu pengetahuan, pemerintah turut menggandeng astronom kala itu.
Pada era Orde Baru, penetapan awal bulan Hijriah oleh BHR menggunakan imkanur rukyat. Metode ini memiliki tiga kriteria untuk menentukan bulan baru, yaitu tinggi hilal di atas dua derajat, jarak hilal matahari minimal tiga derajat, serta umur bulan sejak ijtimak 8 jam.
Pada era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, BHR nyaris dibubarkan. BHR dianggap tak dapat memberikan pemahaman awal bulan Qomariah dan penetapan hari raya.
Tetapi pada dua periode pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, BHR kembali difungsikan. Pemerintah juga menambah pakar dari bidang astronomi.
Sejak saat itu, Sidang Isbat terus dilangsungkan untuk menetapkan awal bulan Hijriah, khususnya Ramadan dan Syawal. Pada 2013, Kemenag mulai mengundang sejumlah duta besar negara sahabat untuk mengikuti sidang Isbat.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: 1 Ramadan Menunggu Sidang Isbat, Apakah Arti Isbat itu?