Produk yang Digemari Selama Ramadan Menurut Asosiasi E-Commerce

Reporter

Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com
Ilustrasi belanja online / e-commerce. freepik.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menyebut, pola dan tren konsumsi masyarakat saat Ramadan akan mengandalkan layanan digital dalam pemenuhan kebutuhan. Tren ini terlihat dari pengguna layanan digital yang sudah berkembang hingga 3,6 kali lebih banyak selama dua tahun belakangan.

"Menurut saya ini menarik, karena sebaran pengguna layanan digital tidak hanya berasal dari perkotaan sehingga peluang dan kompetisi dalam transaksi jual-beli makin terbuka lebar ke depannya," ujarnya, Selasa, 29 Maret 2022.

Bima mengatakan, tren komoditi atau produk yang digemari selama bulan Ramadan relatif sama dari tahun ke tahun, yakni makanan dan minuman untuk sahur dan buka puasa. Adapun makanan dan minuman ringan akan meningkat menjelang akhir bulan Ramadan.

Dia menjelaskan, peningkatan konsumsi ini sangat dipengaruhi oleh kebutuhan silaturahmi, acara buka bersama, hingga kiriman parsel yang meningkat selama masa pandemi.

Selain kuliner, fesyen seperti mukena, busana muslim, kosmetik hingga produk penataan rumah masih menjadi tren menjelang hari Raya Lebaran Idul Fitri atau minggu keempat selama Ramadan.

Di sisi lain, momen Ramadan menjadi kesempatan bagi para platform e-commerce untuk menuai banyak transaksi. Hal itu karena penduduk Indonesia lebih dari 270 juta jiwa, yang juga mengantarkan Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara.

Selain itu, mayoritas penduduk Indonesia ialah beragama islam, sehingga momen seperti bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri dipastikan akan menjadi momentum transaksi jual beli dalam rangka menyambut dan merayakan Hari Raya Umat Islam tersebut.

Bima menjelaskan, bulan Ramadan identik dengan momen ‘Saling Berbagi’, kehadiran para e-commerce sangat membantu dalam memudahkan transaksi, jasa pengiriman momen ‘berbagi' tersebut. Sehingga bisa dipastikan, dengan adanya peningkatan dan pengembangan tren layanan digital, Ramadan berpeluang besar membawa keuntungan bagi e-commerce.

"Kondisi tersebut didukung pula dengan kehadiran para milenial dan gen-z yang merupakan pengisi separuh populasi Indonesia, di mana kedua generasi ini dikenal dermawan dan hobi dalam berdonasi," ujarnya.

Di sisi lain, dia menjelaskan, masyarakat Indonesia dikenal sangat loyal terhadap merek dan lebih menyukai merek lokal, atau dikenal memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap produk lokal. Oleh karena itu, ada dua peluang mata koin yang bisa dimanfaatkan.

Pertama, untuk meningkatkan produksi barang-barang dalam negeri, dan berkolaborasi dengan UMKM yang siap on-boarding digital. Kedua, memberikan stimulus kepada para customer, seperti voucher belanja, cuci gudang online, atau big online sale lainnya menjelang hari raya Idul Fitri.

Sementara itu, berapa tantangan yang perlu dikelola platform selama Ramadan, salah satunya ialah keamanan dan kenyamanan pembayaran online, serta kesamaan produk atau kualitas yang diterima dan yang dijual secara online.

Penjelasan Bima terkait peluang e-commerce, sesuai dengan survei Populix tentang Tren Belanja Online Saat Ramadan dan Jelang Lebaran (Ramadan, April 2021) menyebut, 93 persen responden belanja saat Ramadan dan untuk kebutuhan lebaran secara online. Adapun aplikasi e-commerce yang paling sering digunakan untuk belanja online adalah Shopee 90 persen, Tokopedia 41 persen, dan Lazada 30 persen.

BISNIS