Belanja Online Kebutuhan Ramadan? Hati-hati Kena Phishing

Reporter

mapemall.com memeriahkan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada tanggal 12 hingga 14 Desember 2019
mapemall.com memeriahkan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada tanggal 12 hingga 14 Desember 2019

TEMPO.CO, Jakarta - Belanja online kini sudah menjadi salah satu aktivitas yang tak bisa dilepaskan dari masyarakat saat ini. Tak sekadar belanja barang yang diinginkan, tapi juga kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk kebutuhan Ramadan.

"Belanja online dan pembayaran elektronik adalah bagian penting dari kegiatan perayaan dan liburan," kata Manajer Umum Kaspersky di Asia Tenggara Yeo Siang Tiong dalam keterangannya, Selasa, 29 Maret 2022.

Meski belanja online memberikan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan, tapi ada potensi hal itu menjadi celah bagi pihak tak bertanggungjawab melakukan kejahatan siber, misalnya lewat phising. Maka, pada momen perayaan atau liburan seringkali dimanfaatkan penjahat siber melakukan aksinya.

Tiong mengatakan penjahat siber menyebarkan serangan phishing dengan membuat tautan ke situs palsu untuk mengambil informasi korban. Ia juga melihat teknik penyebaran phishing belakangan ini bukan lagi secara acak, melainkan memperhatikan tren dan hari besar lokal. Email berisi phishing dan situs web palsu juga dipersonalisasi.

Data Kaspersky untuk Indonesia menunjukkan ada penurunan pangsa pasar pengguna yang terkena upaya phishing, yaitu 3,9 persen pada 2021 dibandingkan dengan 11,6 persen pada 2020. Sayangnya, penurunan jumlah serangan phishing tidak berarti dunia digital lebih aman. Ketika permintaan belanja online tinggi, maka hal yang sama berlaku untuk serangan phishing.

Menurut penelusuran Kaspersky, secara umum halaman phishing paling sering dirancang untuk meniru toko online (17,61 persen), diikuti dengan portal internet global (17,27 persen), sistem pembayaran (13,11 persen) dan perbankan (11,11 persen).

Tiong pun memberi saran supaya tak terkena phishing. "Jangan pernah mengeklik tautan yang tidak jelas, baik melalui pesan instan, SMS atau email, terutama jika tidak kenal dengan pengirim," kata dia.

Jika menggunakan dompet digital atau bank digital, kenali saluran komunikasi resmi platform tersebut, apakah nomor telepon, situs, email maupun akun pesan instan. Untuk aplikasi pembayaran, Kaspersky juga menyarankan menyalakan notifikasi agar pengguna bisa segera tahu ketika ada aktivitas yang mencurigakan.

"Nyalakan juga autentikasi dua lapis (two-factor authentication) untuk memberi perlindungan tambahan pada akun," kata Tiong.

Hal penting juga jangan pernah membagikan kode one-time password atau OTP kepada orang lain. Jika benar-benar harus membagikan akses akun ke pihak ketiga, pastikan ia adalah pihak yang bisa dipercaya.

Saat berbelanja online, menurut Tiong, hindari juga melibatkan emosi supaya tidak terjebak penipuan online. Misalnya, diskon untuk perayaan tertentu seringkali diadakan dalam waktu yang terbatas. "Selalu berpikir dua kali ketika belanja online untuk menghindari risiko penipuan," ujarnya.

Baca jugaWaspadai 4 Bentuk Ancaman Serangan Siber