Riwayat Bilal bin Rabah Kumandangkan Azan Pertama

Reporter

Umat Islam melakukan tawaf, mengelilingi Kabah tujuh kali. TEMPO/Mahanizar Djohan
Umat Islam melakukan tawaf, mengelilingi Kabah tujuh kali. TEMPO/Mahanizar Djohan

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap kali memasuki waktu salat fardhu dalam sehari semalam, seorang muazin akan mengumandangkan azan. Azan adalah panggilan ibadah bagi umat Islam sebagai pertanda telah masuknya waktu untuk menjalankan salat. Pada zaman Nabi SAW, Bilal bin Rabah merupakan seorang muazin pertama yang mengumandangkan azan.

Melansir dari islam.nu.or.id seorang sahabat yakni Abdullah bin Zaid berkata bahwa "Nabi Muhammad berkeinginan untuk mencari cara dalam memberitahukan waktu shalat, namun beliau belum juga menemukannya." Sebab kala itu di Madinah, pada masa awal umat Islam menunggu datangnya waktu shalat dengan berkumpul di masjid. Akan tetapi, tidak seorang pun yang mengetahui saat waktu salat sudah tiba.

Tanpa penanda sebelumnya, umat Islam akan langsung shalat seakan-akan mereka tahu sama tahu. Sementara banyak sahabat yang tinggal jauh dari masjid, sejalan dengan berkembangnya Islam. Adapun yang lainnya tidak dapat menunggu waktu salat di masjid karena mempunyai kesibukan yang menjadi lebih banyak. Atas dasar inilah, kemudian beberapa sahabat mengusulkan kepada Nabi Muhammad SAW supaya tanda masuknya waktu shalat dibuat.

Agar orang yang tinggal jauh dari masjid atau orang yang mempunyai kesibukan tetap dapat mengamalkan shalat tepat waktu. Usulan yang dipunya oleh para sahabat pun beragam. Ada yang menyarankan supaya menggunakan lonceng seperti orang Nasrani. Ada pula yang mengusulkan agar menggunakan terompet sebagaimana orang Yahudi. Agar umat Islam yang jauh rumahnya dari masjid dapat melihat, ada juga yang merekomendasikan supaya api dinyalakan di lokasi yang tinggi.

Namun tidak satupun usulan tersebut ada yang diterima. Saat keadaan umat Islam sudah buntu seperti itu, datang seorang sahabat kepada Nabi. Dalam islam.nu.or.id dikutip dari Siah Nabawi (Ibnu Hisyam, 2018), Abdullah bin Zaid menghadap Nabi Muhammad SAW. Ia menceritakan dalam mimpi yang baru saja terjadi, dirinya melihat seruan azan pada malam sebelumnya. Dalam mimpi itu, ia didatangi orang yang memakai jubah berwarna hijau yang tengah membawa lonceng.

Awalnya, Abdullah bin Zaid berniat ingin membeli lonceng yang dibawa oleh orang yang memakai jubah berwarna hijau tersebut untuk memanggil orang-orang datang salat. Namun, orang tersebut mengusulkan kepada Abdullah bin Zaid untuk mengucapkan rentetan kalimat yang menjadi penanda waktu salat sudah tiba. Adapun serangkaian kalimat azan yang dimaksud ialah: Allahu Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasullullah, Hayya 'alash sholah hayya 'alash sholah, Hayya 'alal falah hayya 'alal falah, Allahu Akbar Allahu Akbar, La ilaha illallah.

Kemudian Rasulullah SAW meminta kepada Abdullah untuk mengajari Bilal bin Rabah bagaimana cara melafalkan serangkaian kalimat azan. Umar bin Khattab yang sedang berada di rumahnya pun mendengar ketika Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan. Lalu Umar bin Khattab segera pergi menemui Nabi Muhammad SAW dan menceritakan mimpinya tentang hal yang sama dengan Abdullah bin Zaid. Yakni sebagai pertanda masuknya waktu salat ialah azan. Sejak saat itu, azan sudah resmi menjadi tanda masuknya waktu salat.

Rasulullah SAW juga sudah memperoleh wahyu tentang azan, hal ini disebutkan dalam satu riwayat. Oleh sebab itu, Nabi membenarkan apa yang diutarakan oleh Abdullah bin Zaid tersebut. Adzan pertama kali disyariatkan di Kota Madinah pada tahun pertama Hijriah, hal ini berdasarkan pada pendapat yang lebih sahih. Menurut Syekh Abddullah As-Syarqawi, ketika dalam sebuah perjalanan, Rasulullah SAW pernah sekali mengumandangkan adzan.

Saat sampai pada syahadat kedua, Nabi mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Sementara riwayat lain menyebut bahwa Nabi mengucapkan Asyhadu anni Rasulullah. Dalam Islam, Bilal bin Rabbah termasuk menjadi muazin pertama. Ia senantiasa terus mengumandangkan adzan, sampai saat Rasulullah SAW wafat, Bilal bin Rabah tidak lagi bersedia untuk menjadi muazin.

Alasannya ialah air matanya pasti akan bercucuran saat sampai pada kalimat Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, dan membuat ia tidak sanggup melanjutkan azan. Tapi Bilal bin Rabah mengumandangkan azan sekali lagi, menyanggupi permintaan dari Khalifah Umar bin Khattab saat tiba di Yerussalem. Setidaknya ada empat alasan dipilihnya Bilal oleh Rasulullah menjadi seorang muazin yaitu suaranya yang lantang dan merdu, menghayati kalimat-kalimat adzan, memiliki disiplin yang tinggi, dan berani. 

PUSPITA AMANDA SARI

Baca: Amalan Bilal bin Rabah Sehingga Terompahnya Terdengar Rasulullah di Surga

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.