Mengenal Sejarah Kurban Idul Adha melalui Dua Kisah Ini

Reporter

Editor

Anton Septian

Sejumlah warga mengarak sapi kurban yang sudah dirias saat tradisi mantenan sapi kurban di Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (23/9). Tradisi mantenan sapi kurban adalah tradisi membersihkan dan merias sapi kurban layaknya pengantin sebelum diserahkan ke masjid untuk perayaan Idul Adha. Antara Jatim/Moch Asim/zk/15
Sejumlah warga mengarak sapi kurban yang sudah dirias saat tradisi mantenan sapi kurban di Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (23/9). Tradisi mantenan sapi kurban adalah tradisi membersihkan dan merias sapi kurban layaknya pengantin sebelum diserahkan ke masjid untuk perayaan Idul Adha. Antara Jatim/Moch Asim/zk/15

TEMPO.CO, Jakarta – Pada 20 Juli 2021, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Perayaan Idul Adha erat kaitannya dengan penyembelihan hewan kurban. Kegiatan ini dikenal luas sebagai bentuk ibadah dan sedekah kepada orang yang kurang mampu.

Selain itu, sebagaimana dilansir dari jurnal Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung, kurban memiliki beberapa makna lain. Beberapa makna tersebut, antara lain:

  1. Kurban merupakan sarana seorang hamba guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  2. Kurban mengajarkan sikap ikhlas.
  3. Kurban mengajarkan sikap disiplin kepada aturan-aturan yang ada.
  4. Kurban merupakan wujud kepedulian kepada sesama.

Makna yang terkandung dalam perayaan kurban tersebut tidak datang begitu saja. Kurban sendiri, sebagaimana dilansir dari laman resmi Muslim Hands, berawal dari kisah Nabi Ibrahim AS.

Ketika Nabi Ismail yang merupakan anak pertamanya lahir, Nabi Ibrahim sangat menyayanginya. Nabi Ismail adalah anak yang sangat dinanti-nanti oleh Nabi Ibrahim. Melansir tafsir Ibnu Katsir, selama 86 tahun hidupnya, Nabi Ibrahim belum memiliki anak sama sekali. Kelahiran Ismail menjawab penantian itu.

Tidak hanya itu, Ismail ternyata tumbuh menjadi sosok anak yang berakhlak mulia. Hal tersebut membuat Nabi Ibrahim semakin menyayangi anaknya itu. Namun, ketika 8 Zulhijah, Nabi Ibrahim tiba-tiba mendapat wahyu dari Allah SWT yang memerintahkannya untuk menyembelih anaknya. Wahyu itu pun ia beritahukan kepada Ismail.

Ismail menerima perintah Allah tersebut dengan penuh ketaatan. Namun, sebagaimana diriwayatkan dalam Al-Quran surah As-Shaffat ayat 99-113, Ismail berubah menjadi kambing ketika Nabi Ibrahim menyembelihnya. 

Kisah ini termaktub dalam salah satu hadits. Rasulullah menceritakan sendiri kurban Nabi Ibrahim. Dalam riwayat Zaid bin Arqam, para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: "Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu? Rasulullah SAW menjawab: 'Kurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim'." (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).

Namun, beberapa sumber lain menyatakan bahwa kurban terjadi jauh lebih awal daripada kisah Nabi Ibrahim, tepatnya pada masa Nabi Adam AS. Melansir laman resmi Nahdlatul Ulama, kisah kurban pertama kali adalah kurban yang dilakukan oleh anak Nabi Adam, Qabil dan Habil.

Dikisahkan bahwa Qabil memiliki saudara perempuan, Iqlima, yang memiliki paras cantik. Sementara itu, Habil memiliki saudara perempuan juga, Labuda, yang parasnya tak secantik Iqlima. Menurut tradisi yang ada kala itu, Qabil harus menikahi Labuda, sementara Habil menikahi Iqlima.

Qabil tidak terima dan menuduh Nabi Adam bahwa tradisi tersebut merupakan ciptaannya, bukan perintah Allah SWT. Menyikapi kondisi ini, Nabi Adam memerintahkan kedua putranya untuk berkurban, yang diterima kurbannya akan menikahi Iqlima. Habil mengurbankan kambing yang sangat gemuk, sementara Qabil mengurbankan tanamannya yang buruk. Wallhasil, kurban Habil-lah yang diterima Allah SWT.

Qabil yang tidak terima kenyataan itu pun membunuh Habil dengan cara memukul kepalanya. Kisah ini menjadi kisah pembunuhan pertama sekaligus pelaksanaan kurban pertama dalam Islam.

BANGKIT ADHI WIGUNA (Magang)