Bank Indonesia: Lebaran 2021, Peredaran Uang di Jabodetabek Naik 61 Persen

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil rapat dewan gubernur BI bulan Januari 2020 di Jakarta, Kamis 23 Januari 2020. Tempo/Tony Hartawan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil rapat dewan gubernur BI bulan Januari 2020 di Jakarta, Kamis 23 Januari 2020. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, JakartaBank Indonesia (BI) mencatat peredaran uang kartal selama periode lebaran di wilayah Jabodetabek mencapai Rp34,8 triliun. Nilai tersebut naik sekitar 61 persen jika dibandingkan dengan periode lebaran tahun lalu sebesar Rp21,7 triliun. 

Kepala Divisi Relasi Media dan Opinion Maker Departemen Komunikasi BI Irfan Farulian menerangkan peningkatan perputaran uang di wilayah Jabodetabek itu mencerminkan asumsi pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro hingga kuartal kedua tahun 2021.

“Selain itu, bertambahnya permintaan uang kartal pada periode lebaran tahun ini juga disebabkan adanya program bantuan sosial tunai pemerintah yang dibayarkan bertepatan dengan periode lebaran,” kata Irfan melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Minggu 16 Mei 2021.

Berdasarkan data penarikan uang kartal perbankan secara nasional hingga 11 Mei 2021 atau hari operasional terakhir sebelum libur lebaran, uang yang berputar di tengah masyarakat sebesar Rp154,5 trilun atau meningkat sekitar 41,5 persen. Pada tahun sebelumnya, realisasi penarikan uang kartal oleh perbankan secara nasional berada di angka Rp109,2 triliun.

“Pelarangan mudik lebaran 2021 kali ini yang berada dalam masa PPKM Mikro juga dapat diperhitungkan sebagai faktor penambah permintaan uang kartal pada periode lebaran tahun ini,” kata dia. Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan daya beli masyarakat Ibu Kota selama Lebaran tahun ini belum pulih.

Padahal, jumlah pengunjung ke sejumlah pasar dan pusat perbelanjaan terbilang bergerak positif. Anies beralasan mayoritas pengunjung yang datang ke pasar adalah pembeli eceran dengan daya  beli yang relatif rendah. Fenomena itu tercermin dari membeludaknya pembeli eceran di Pasar Tanah Abang beberapa waktu lalu.

“Kemarin saya perhatikan yang datang adalah pembeli eceran, padahal pasarnya grosir. Biasanya kalau belanja di Pasar Tanah Abang itu keluarnya bal-bal besar, kodian, kalau ini keluarnya dengan tas-tas kecil,” kata Anies saat disambangi Bisnis di kediamannya, Kawasan Lebak bulus, Jakarta Selatan, Kamis lalu.

Anies bercerita alasan di masa lebaran para pembeli itu datang ke Tanah Abang lantaran harga jualannya yang relatif murah ketimbang di pasar dekat rumah mereka. “Dulunya para pedagang kulakan kemudian jual, lalu pembeli eceran beli di pasar-pasar dekat rumah. Sekarang yang terjadi mereka langsung ke Tanah Abang. Artinya, dengan uang yang lebih terbatas mereka lebih selektif di dalam memilih lokasi berbelanja,” tuturnya.

BACA: Penyekatan Arus Balik Lebaran 2021 Bakal Dilakukan hingga 24 Mei 2021