Puasa Syawal, Ini Waktu yang Sebaiknya Dilakukan

Reporter

Seorang pedagang membuat kulit ketupat yang akan dijualnya di Palmerah, Jakarta, Selasa, 12 Juni 2018. Pedagang kulit ketupat musiman memasang harga mulai Rp 5.000 untuk sepuluh kulit ketupat. TEMPO/Fajar Januarta
Seorang pedagang membuat kulit ketupat yang akan dijualnya di Palmerah, Jakarta, Selasa, 12 Juni 2018. Pedagang kulit ketupat musiman memasang harga mulai Rp 5.000 untuk sepuluh kulit ketupat. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menjalankan puasa selama 30 hari di bulan Ramadan, umat Islam dapat melanjutkan dengan ibadah puasa Syawal. Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dapat dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.

Dikutip dari berbagai sumber, puasa Syawal sebaiknya dilakukan pada tanggal 2 hingga 7 Syawal. Artinya, sehari setelah perayaan Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal, puasa Syawal sudah bisa dilakukan.

Meski begitu, puasa Syawal tidak harus dijalankan berurutan. Seseorang boleh menjalankannya tidak berurutan asalkan selama 6 hari dalam satu bulan Syawal. Bahkan, jika memiliki utang atau kewajiban mengganti puasa saat ramadan, puasa Syawal bisa dimanfaatkan untuk mengganti utang tersebut.

Hal ini juga tertulis dalam Ibrahim Al-Baijuri, Darul Fikr keterangan Syekh Ibrahim Al-Baijuri menyebutkan: "Puasa Syawal tetap dianjurkan meskipun seseorang tidak berpuasa Ramadan. Seperti diingatkan sebagian ulama mutaakhirin, tetapi yang jelas seperti dikatakan sebagian ulama, seseorang mendapat keuntungan sunnah puasa Syawal dengan cara melakukan puasa qadha atau puasa nazar."

Sedangkan perintah melakukan puasa Syawal disebutkan dalam hadis Abu Ayyub Al-Anshari r.a. yaitu: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164).

WINDA OKTAVIA

Baca: Bolehkah Berpuasa Saat Hari Raya idul Fitri, Ini Hukumnya