Wagiman Dikarantina Setelah Sang Istri Lapor Suaminya Mudik dari Jakarta

Reporter

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah) meninjau pos penyekatan di jalur Pantura, Kecipir, Brebes, Jawa Tengah, Selasa 4 Mei 2021. Peninjauan pos di pintu keluar tol Pejagan dan jalur Pantura Brebes tersebut untuk melihat langsung kesiapan dan keamanan penyekatan pemudik menjelang masa larangan mudik pada 6 - 17 Mei mendatang. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (tengah) meninjau pos penyekatan di jalur Pantura, Kecipir, Brebes, Jawa Tengah, Selasa 4 Mei 2021. Peninjauan pos di pintu keluar tol Pejagan dan jalur Pantura Brebes tersebut untuk melihat langsung kesiapan dan keamanan penyekatan pemudik menjelang masa larangan mudik pada 6 - 17 Mei mendatang. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

TEMPO.CO, Banyumas - Sebagai bentuk kepeduliannya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi Kabupaten Banyumas untuk melihat sejumlah pemudik yang dikarantina pada Jumat 7 Mei 2021. Uniknya, di antara yang nekat mudik berujung karantina tersebut, salah satunya ada yang dilaporkan oleh istrinya sendiri. 

Ketika Ganjar lakukan peninjauan lokasi karantina pemudik di Banyumas tepatnya di GOR Satria. Ganjar mengobrol bersama dua orang pemudik untuk menanyai kesan mereka dikarantina. Namun, ketika ditanya alasan kenapa dikarantina, salah satu pemudik bernama Wagiman mengatakan, ia terpaksa dikarantina karena dilaporkan oleh istrinya.  

“Saya dilaporkan istri pak. Gara-gara istri lapor ketua RT, saya langsung dikarantina,” ucap Wagiman. 

Pernyataan Wagiman tersebut, sontak membuat Ganjar dan Bupati Banyumas Achmad Husein dan beberapa pejabat lain tertawa. Pernyataan Wagiman ternyata bukan hanya sekedar candaan. Ia meyakinkan, memang benar istrinya melaporkan ke Ketua RT, alhasil membuatnya harus dikarantina. Bahkan ia belum bertemu anak dan istrinya karena harus dikarantina. 

Peraturannya, seluruh pemudik yang datang ke Banyumas pada tanggal 6-17 Mei memang harus dikarantina selama lima hari. Sempat merasa jengkel, setelah mengetahui aturan tersebut, Wagiman menyadari kesalahannya karena nekat mudik dan mau dikarantina dilokasi yang telah ditentukan pemerintah tersebut.

 “Ya saya menerima, tidak apa-apa lima hari dikarantina di sini. Saya pesan pada saudara-saudara lainnya nggak usah mudik. Kalau ingin keluarga sehat semua, jangan mudik. Mudik juga sengsara, karena akan dikarantina seperti saya,” ucapnya.

Pemudik lainnya, bernama Rasikun mengatakan rela dikarantina karena memang itu sudah menjadi peraturan bersama. Ia mengungkapkan, ketika pulang mudik tanggal 6, perangkat desa langsung mendatangi rumahnya dan meminta untuk dikarantina.

“Saya ikut saja, karena sudah peraturan mau gimana lagi,” ucapnya.

Pesan Rasikun pada pemudik lain untuk menunda kepulangan ke kampung halaman. Selain bisa menularkan penyakit ke keluarga, mereka juga harus sengsara karena dikarantina. 

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, kisah Wagiman justru menjadi kisah yang inspiratif. Sebab, Wagiman dikarantina karena laporan dari istrinya ke RT. 

“Partisipasi masyarakat Banyumas hebat sekali dan fair. Kalau masyarakat mendukung seperti ini, ini akan jadi contoh buat semuanya,” tutur Ganjar.

Gubernur Jawa Tengah tersebut, juga mendukung upaya yang dilakukan Pemkab Banyumas yang mengarantina semua pemudik yang pulang pada 6-17 Mei. Karantina selama lima hari, juga menjadikan efek jera untuk para pemudik. Padahal, tidak semua melakukan karantina seperti itu.

“Mudah-mudahan semua bisa melakukan, sehingga orang akan mudik jadi mikir, nanti pulang dikarantina ndak jadi lebaran. Maka orang akan memilih tidak pulang dan semuanya jadi aman,” pungkasnya 

WILDA HASANAH

Baca juga: Larangan Mudik Tak Efektif Tekan Kasus Covid-19, Epidemiolog: Lakukan Pembatasan