Masjid Agung Demak, Masjid Para Wali Songo ini Sudah Berusia Lebih 5 Abad

Reporter

Warga mengunjungi Masjid Agung Demak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 14 Juni 2016. Selama Ramadan masjid peninggalan Kerajaan Islam pertama di Jawa yang dibangun oleh Wali Songo pada masa sultan pertama, Raden Patah, atau pada sekitar 1478. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Warga mengunjungi Masjid Agung Demak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 14 Juni 2016. Selama Ramadan masjid peninggalan Kerajaan Islam pertama di Jawa yang dibangun oleh Wali Songo pada masa sultan pertama, Raden Patah, atau pada sekitar 1478. ANTARA/Aditya Pradana Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Masjid Agung Demak yang sudah berusia 542 tahun ini masih berdiri dengan kokoh berdiri di Kampung Kauman, Kelurahan Binyoro, Kabupaten Demak Jawa Tengah.

Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang di bangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak yang dibantu oleh para Wali Songo telat ya pada abad ke-15 Masehi. Majid yang pernah menjadi tempat berkumpulnya Wali Songo, termasuk ke dalam salah sayu masjid tertua yang ada di Indonesia.

Dilansir dari pariwisata.demakkab.go.id, pada masjid terdapat gambar serupa bulus merupakan candra senhkala memet yang mendekati Sirno Ilang Kerthanjng Bumi. Secara filisofisnya, bulus menggambarkan tahun dibangunnya Masjid Agung Demak yaitu pada 1401 Saka.

Kepala bulus memiliki makna 1, empat kaki bulus bermakna 4, badan bulus yang bulat berarti 0, dan ekor bulus yang bermakna 1. Bulus yang merupakan simbol Masjid Agung Demak ini, dibuktikan dengan terdapatnya berbagai ornamen-ornamen di dinding masjid yang bergambar bulus.

Masjid Agung Demak juga memiliki bangunan-bangunan induk dan serambi. Pada bangunan induk, masjid memiliki empat tiang utama, yang berasal dari serpihan-serpihan kayu, dan diberi nama Saka Tatal.

Sedangkan pada bangunan serambi, merupakan bangunan terbuka. Atapnya, memiliki bentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit, atap limas masjid terdiri dari tiga bagian dan memiliki makna, iman, islam, dan ihsan.

Pada masjid terdapat "Pintu Bledeg", mengandung Candra Sengkala, yang dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan memiliki makna tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi atau 887 Hijrah.

Maksud dari didirikannya Masjid Agung Demak oleh Raden Patah supaya semua orang yang ada di Jawa bisa memegang agama Islam. 

Desain bangunan masjid pun sangat kental dengan ornamen-ornamen budaya khas Jawa, bahkan interiornya menggunakan material kayu dengan dilengkapi ukiran kayu, sehingga terlihat artistik.

Di sekitar Masjid Agung Demak juga terdapat museum yang menyimpan sejarah tentang Masjid Demak, dan juga terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya.

ASMA AMIRAH

Baca: Sandiaga Dorong Masjid Bersejarah Dikembangkan Jadi Destinasi Wisata