“Kalau uangnya terbatas dia kan yang penting untuk kebutuhan primer dulu kan yang penting maka. Kalau konsumsinya udah ke pakaian, elektronik, perabot rumah tangga, berarti orang sudah berpikir kalau capacity dia untuk tetap survive dalam konteks kebutuhan primernya,” jelasnya.
Kendati demikian, ia menyarankan pemerintah agar tak hanya mengandalkan dorongan belanja fiskal jika ingin pertumbuhan ekonomi triwulan II di atas 5 persen.
“Perlu ada upaya mengalirkan likuiditas kredit ke perekonomian secara memadai,” kata dia. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pergerakan inflasi pada April 2021 sebesar 0,13 persen, sedikit lebih baik dari periode sama tahun lalu yang melambat.
"Inflasi pada April sebesar 0,13 persen ini meningkat dibandingkan April lalu sebesar 0,08 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto.
Dengan terjadinya inflasi pada April, maka inflasi tahun kalender Januari-April 2021 tercatat sebesar 0,58 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) 1,42 persen.
Selain itu, Indef menyampaikan bahwa optimisme perbaikan ekonomi juga terlihat pada tren Indeks Keyakinan Konsumen yang meningkat. Utamanya pada pembelian durable goods (barang tahan lama) bulan pada Maret 2021 mencapai indeks 80,0 naik dibandingkan Februari dan Januari 2021 yang masing-masing 76,9 dan 76,6.
BACA: Indef: Proyek Bukit Algoritma Berpotensi Mangkrak Seperti Bandara Kertajati